Kamis, 01 September 2016

Jangan Jadi Perempuan Cengeng




Penulis : + Pipiet Senja, Afifah Afra, Izzatul Jannah, Deasylawati, dkk

Editor : Ummu Rama Syahidah

Setting : eL Kurniawan

Ilustrasi : eL Kurniawan

Desain Sampul    : Andhi Rasydan

Penerbit :  +indiva

Bagian 1
Kisah-Kisah Para Perempuan Tegar
Ditemani Sepasang Mayat - Pipiet Senja
Bintang Selalu Tersenyum - Pipiet Senja
Di Ujung Pengharapan -  Pipiet Senja
Kebahagiaan itu, Ada Di Ujung Cerita - Nawangsari
Sang Putera Seroja - Afifah Afra
Meskipun Aku Bukan Fatimah - Afifah Afra
Masih Ada Pelangi - Laras Ati
Ya Allah, Burung-burung Puyuh Kami - Riannawati
Menantang Kerasnya Ibukota - Ummu Abdillah
Jangan Ambil Nyawa Anakku Lagi, Ya Allah! - Ummu Saskia
Kisah Sri - Farida Nur'Aini
Aku Malu, Telah Mengucurkan Air  Mata - Narita
Pelajaran Dari Sebuah Perjalanan - Deasylawati P
Bersama Si 'Onta Merah' -  Deasylawati P
Tak Pernah Setegar Karang - DH Devita
Alkhamdulillah, Adik Lahir Normal - Sri Wigati
Asa di Ujung Cerita - Fitri
Walaupun Kemilau Itu Telah Pudar - Rien Hanafiah

Bagian 2
Pursuit of Well Being ( Mengejar Bahagia) oleh Izzatul Jannah

,***

Kesadaran Yang Teruji

Kemerdekaan RI yang ke-71 bukan hanya diramaikan dengan berbagai perlombaan, warna-warni umbul-umbul, sampai perayaan lain di kampung-kampung. Termasuk kampungku juga diadakan perhelatan kesenian dan upacara bendera. Mungkin sebagai bentuk pelampiasan dari masa lalu yang abai dengan kegiatan upacara (ups! Maaf!). Justru kali ini, para ibu dan bapak rela meluangkan waktu untuk latihan demi kepentingan upacara bendera ini. Ibuku tidak mau ketinggalan. Sedang diriku turut menjadi penggembira diantaranya mengajar khusus ibundaku menyanyikan lagu kebangsaan dan 'Hari Merdeka' dengan intonasi yang benar.

Gegap gempitanya membuatku semangat meski pada malam tirakat-an, berupaya keras mengalihkan perhatianku dari suasana yang tak kusuka dengan membuka aplikasi media nasional.

Pemberitaan seorang anggota paskibraka tengah mengemuka membuatku memberi perhatian. Gloria Natapraja Hamel, gagal melaksanakan tugasnya karena diketahui memiliki paspor Perancis. Paspor yang dimiliki secara otomatis karena ayahnya berkewarganegaraan Perancis. Sebagai surat jalan sekaligus identitas ke luar negeri sebelum usianya memenuhi syarat (17 tahun) untuk memiliki KTP.
Sebenarnya, Gloria tak perlu berurusan dengan kepemilikan paspor tersebut jika ortunya telah melaporkan ke Dinas Kependudukan. Si anak akan mendapatkan kesempatan memilih kewarganegaraan sendiri setelah berusia 18 tahun, sesuai UU PP no. 12 tahun 2006. Dikarenakan Gloria lahir sekitar tahun 2000 sementara perundang-undangannya baru diberlakukan tahun 2006.
Memang, masalah diaspora membuat dilema dan daku tak ingin membahasnya lebih lanjut.
Kembali ke masalah Gloria saja yang terancam gagal menunaikan kewajibannya di istana negara. Impiannya sejak kecil mengingat mamanya juga berkesempatan menjadi anggota Paskibraka disana. Gloria mengajukan surat pernyataan bahwa ia telah memilih kewarganegaraan Indonesia seumur hidupnya. Tapi tetap, ia tidak bisa serta merta menjadi bagian anggota tim pengibaran bendera. Dikarenakan ia mangkir dari beberapa latihan bahkan gladi bersih demi kejelasan kewarganegaraannya. Sang ortu tak terima perlakuan diskriminatif tersebut lalu mengajukan banding.
Gloria dengan tegar mengikuti upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan di istana negara. Sementara kekecewaannya beserta surat pernyataan pribadinya yang ditujukan pada kepala negara telah menyebarluas di berbagai media. Wajahnya yang sama sumringahnya dengan tim Arjuna yang tengah bertugas sebagai tim pengibar bendera pun ikut jadi sorotan. Semua stasiun tv yang me-relay ternyata mengulas sekilas tentangnya. Daku yang sampai tahun ini, Alkhamdulillah belum pernah absen mengikuti detik-detik Proklamasi di istana juga menyaksikannya.

Termasuk doa bersama yang dipimpin bapak Lukman Syaifudin (Kemenag)

Berita gembira berikutnya mengungkap bahwa Gloria dipastikan akan ikut menjadi tim Bima sebagai pasukan penurunan bendera pada sore harinya. Pak JK yang memberikan ijin sedang pak Jokowi merestui. Terungkap pula tentang pertemuan khusus Gloria dengan Bapak dan Ibu Presiden yang memberinya semangat untuk pantang menyerah dalam menggapai cita-citanya. Hal yang ditujukan pula bagi pemuda-pemudi Indonesia seluruhnya.

Meskipun tidak tergabung dalam pasukan inti, 17 dan 8, sedang pasukan 45 khusus dari prajurit TNI juga Polisi bersenjata lengkap. Gloria menampik kalau penjaga gordon bukanlah posisi yang tidak penting. Dalam tugasnya, penjaga gordon menyiapkan perlengkapan upacara, menyambut kedatangan rombongan presiden dan bersiaga di barisan belakang inspektur upacara.

Harusnya daku punya sosok inspiratif dari dulu @-@  Ah! Cerita hidupku tidak akan indah seperti sekarang kalau kenyataan sesuai keinginanku semata. Terus berupaya menggugah kesadaran diri bahwa skenario ALLAH Azza Wajalla ternyata yang paling indah.

Kesadaran yang coba dibangun juga oleh wanita2 (= kenapa memilih kata ' perempuan' >_< ) yang berkisah dalam buku ini.

Berbagi pengalaman dalam menghadapi ragam kesulitan dari waktu ke waktu selama hayat. Sepanjang itu pula pemahaman ikut berkembang. Dan setiap insan punya cara tersendiri dalam menjalani ujian hidupnya yang bergantung pada pengertian yang dimilikinya. Begitu kesimpulanku untuk uraian yang ditulis mbak Izzatul Jannah.

Dari kepoin status fb, jadi tercenung-cenung sendiri.
Ada yang kalem dengan kata-kata memotivasi yang aku percaya ditujukan untuk diri sendiri @-@
Yang menekan-nekan perasaan agar tertumpah semua layaknya memerah santan lalu muncul komentar dukungan untuk menyemangati. Mungkin sebagai pemberitahuan bahwa ia tak sendiri dalam persoalan yang sama.

Terlintas tanya diri ini ada di fenomena yang mana ?!&%$#@*"' >_<

Bukankah pendidikan yang ditempuh untuk memudahkan kita menghadapi ujian?
Ujian yang sebenarnya bukan untuk mendapat gelar di depan atau belakang nama kita
Tapi
Seberapa kuat iman kita..
Berharap
Semoga diberi kemudahan mendapatkan hikmah yang ditujukan khusus untuk kita...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar