Jumat, 30 Desember 2016

Penculikan Sang Profesor

Cover Buku Penculikan Sang Profesor
Shoot by Camera FV-5 Lite

Judul Buku :
Penculikan Sang Profesor

Penulis :
+Afifah Afra

Penyunting Bahasa :
Ayu Wulan

Desain Isi :
Dyah Ayuning Tyas

Desain Sampul dan Illustrator :
Naafi Nur Rohma

Penerbit Lintang
Kelompok + Indiva Media Kreasi

Cetakan Pertama,
Rajab 1437H./ Mei 2016

144hlm.; 20 cm.

ISBN : 978-602-1614-99-0
***

Tansah Eling Lan Waspada

Berita yang tengah marak sejak lima hari yang lalu (25-12-2016),
tentang pembunuhan sadis di Pulo Mas. Dari 11 korban yang ditumpuk di kamar mandi ada 5 korban yang meninggal ditambah satu yang meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit. Dua korban diantaranya masih anak- anak berusia sembilan tahunan. Murid kelas IV SD yang saling bersahabat.
Mengapa anak yang belum punya dosa ikut jadi korban?
Mungkinkah karena pelaku pembunuhan tidak ingin meremehkan keberadaan anak ingusan?
Memang salah satu dari dua sahabat bocil bukan anggota keluarga yang merupakan target pembunuhan.
Dugaan bahwa pembunuhan itu adalah motif dendam dan bukan perampokan. Meski pelakunya dikenal pihak Kepolisian dalam DPO (Daftar Pencarian Orang) untuk kasus perampokan.
Bagaimanapun, miris mengetahuinya >_<
Seandainya anak-anak itu  pernah membaca buku ini.
"Orang-orang dewasa itu terlalu meremehkan anak kecil" ujar salah satu tokoh anak-anak di halaman 117.

Pemilihan Pov 1 mengajak pembaca menyelami pengalaman yang dilakoni tokoh bernama Naufal.
Mulai pertengahan cerita tokohnya seolah beralih ke teman Naufal yang ditemuinya saat berpetualang. Berasa ia yang mengambil peran utama dari Naufal (Eh?) Iya.. Maksudnya Putri dari sobat sekaligus rival dari ayahnya Noval yang mencuri perhatian.  Dengan sikap nyleneh bikin Naufal penasaran. Seandainya nanti difilmkan bisa jadi dibumbui romansa...
Teman Naufal pula dengan monyet mungil piaraannya yang membantu membebaskan ayah Naufal dari penculikan.
Pasti ada maksudnya, ya setiap angka halaman buku ini ditandai dengan buah apel 😏


Jadi inget ketika promo, Penulisnya berharap melalui tulisannya di buku ini, anak-anak punya jiwa pemberani. Dan jiwa bertualang. Tidak ragu mengambil tindakan yang perlu untuk penyelamatan. Dan seharusnya, seorang anak punya penjagaan diri sehingga mampu menghadapi bahaya yang terjadi sewaktu-waktu.

Mengingat juga kebiasaan orang tua yang  terkadang menggembosi rasa keingintahuan anak dengan menakut-nakuti. Bahkan sampai membuat anak trauma dan akhirnya malas mencari tahu oleh sebab rasa takutnya sendiri.
Sebenarnya boleh melarang anak demi menghindarkannya dari marabahaya. Boleh pula membatasi ruang gerak untuk mengantisipasi ulah usil dan urakannya yang keterlaluan.

Sewaktu-waktu, orang tua perlu tuh mengoreksi ilmu untuk mengenal kembali sifat nakal dan kreatif pada anak sehingga tidak keliru mengarahkan. Demi tumbuh kembang sebagai kesiapan menuju kedewasaan sikapnya.

Dulu, ada film ' Home Alone' yang mengisahkan seorang anak yang sendirian di rumah. Tokoh yang diperankan Macaulay Culkin (versi 1990-an), Mike Weinberg (versi 2002) dan versi lain. Tokoh anak itu harus menghadapi para perampok yang menyatroni rumahnya. Berbagai cara untuk mengatasi ulah perampok membuat decak kagum hingga film komedi pengisi liburan akhir tahun Masehi dibuat beberapa sekuel.

Kenyataan memang tak sesuai dengan cerita karangan. Nyatanya pemeran Kevin MacCallister itu terjerat narkoba sebagai dampak atas kelalaian akan kesuksesan perannya di film.
Kisah memilukan di Bali, si kecil Angeline yang menjadi korban tindakan kekerasan yang diduga dilakukan oleh ibu tirinya.
Belum lagi korban anak-anak dalam peperangan. Ailan Kurdi yang sempat mengemuka ditemukan tertelungkup di pesisir dalam keadaan sudah tak bernyawa.

Di sisi lain, setidaknya seorang yang menjadi dirinya sendiri semisal 'Petualangan Sherina' masih ceria merentas karya di usia dewasanya.

Maka jadilah diri kita sendiri dengan tidak meninggalkan sekejap pun Keberadaan Sang Khaliq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar