Rabu, 02 Agustus 2017

Ketika Cinta Bertasbih 2



Novel
Judul :
Ketika Cinta Bertasbih 2

Penulis :
Habiburrahman El Shirazy

Editor :
A. Mujib El Shirazy, 
A. Basith El Qudsy

Desain Sampul dan Isi :
Abdul Basith El Qudsy 
( Basmala-Art )

Percetakan Naragita Dinamika 

Diterbitkan bersama
Penerbit Republika
Basmala-Republika-Corner (BRC)

ISBN : 978-979-1102-13-1

***


Antara Impian dan Capaian


Hampa!

Hanya orang yang tidak punya tujuan yang  tidak punya target.
Tidak ada target maka tidak akan ada capaian.

Kata - kata pengingat untukku setiap waktu menelisik kenapa aku jadi hampa.
Banyak harapan tapi apa yang telah kulakukan??!
Hanya nonton, dengar, baca? Lalu apa lagi?
Pertanyaan itu seakan menggugah kesadaran dan aku mencoba menelaah kembali.
Dan aku telah banyak kehilangan waktu.
Sementara kulihat yang lain telah melesat tinggalkan ku sendiri.
Keadaan ini berulang entah untuk berapa kali kalau diriku masih seperti ini terus. Tidak mau merubahnya.
Duh! Kembali  Memohon Petunjuk..
Semoga ini segera berlalu..
Tak perlu risau dengan capaian orang lain
Toh karena mereka telah bersusahpayah.
Justru diri harusnya terpacu untuk lakukan sesuatu.
Apapun itu asal tidak menyiakan waktuku.
Dunia tak dapat namun jangan sampai akhirat  ikut terlepas.
Jadi inget telah curcol via WA pada  seorang sahabat yang diantara isinya ialah kelahiran kita bukan untuk pamer pada dunia bahwa kita ada namun tugas awal manusia diturunkan ke dunia guna beribadah pada ALLAH dan Khalifah di muka bumi.
Iya, dunia tempat berkarya!
Tapi
Haruskah pengakuan kita telah berkarya itu perlu???
Sebentar!
Bukankah seberapa usahamu?
Bukan apa yang telah kau dapat?
Sampai disini aku terhempas lagi..
Duh! Susahnya berusaha bangkit
Tapi sakit itu tak mengapa asal aku terus berupaya memperbaiki semuanya.
Dan itu harus!
Semoga ALLAH Bersama Kita..

***

Pendamping Pilihan yang Menjadi Impian

Sengaja kurampungkan membaca buku pinjaman di ipusnas ini. Hanya ada seri kedua di katalog ipusnas meski ada dua pilihan. Tapi judul yang satu tidak bisa dibuka. Kupilih Sebagai pendamping nonton serial tv. Awalnya daku menantikan serial Mahabharata di stasiun yang dulunya bernama TPI. Namun setelah diikuti penayangan serial lain dari negeri yang sama, ketertarikanku malah beralih ke Jodha Akbar.
Serial yang diambil dari kisah sejarah dan terinspirasi oleh filmnya versi 2008 yang dibintangi Hrithik Roshan bersama Aishwarya Rai.
Meski kualitas kebintangan mereka berdua telah diakui tapi aku tak bisa pungkiri, Rajat Tokas dan Paridhi Sarma lebih pas memerankan legenda Jalaludin Akbar dan permaisurinya Jodha Bai. Pas aja karena Rajat beragama Islam sedang Hrithik seorang Hindu.
Memang, film itu tidak bergema.  Justru serialnya di tv mendapatkan sambutan luar biasa. Dari penayangan perdananya  tahun 2013 di stasiun asalnya, ZeeTV  lalu ditayangkan di Indonesia melalui AnTV.
Para pemainnya mendapat undangan ke Tanah Air khusus untuk menyapa para penggemarnya disini.

Setahuku, KCB dibikin serial tapi dalam bentuk film bukan TV.
Sempat terkecoh dengan nama Jalaludin Rumi yang puisinya menghiasi lembaran cerita Ketika Cinta Bertasbih (: aku singkat saja KCB). 
Iya, setidaknya ada benang biru ( aku suka warna biru, harap jangan protes:)
Ada benang biru antara KCB dan Jodha.
Anna dan Jodha?
Anna Althafunnissa (diperankan Oki Setiyana Dewi dalam film) merupakan sosok wanita idaman para Muslimah pada umumnya dan khususnya untuk Chaerul Azzam, diperankan Kholidi Asadi Alam dalam cerita KCB. Sedangkan Jodha adalah sosok yang dicintai masyarakat di negaranya.
Tercatat bahwa Jodha itu ibu Jahangir dan nenek Syah Jahan. Perselingkuhan selir raja dengan putranya melahirkan legenda Anarkali. Yang disitir sebagai Nur Jahan. Mbuletnya Nur Jahan, bibi Mumtaz Mahal, istri Pangeran Salim atau Jahangir. Cinta yang direncanakan oleh Shehenzah Akbar  menikahkan Jahangir dengan sepupunya sendiri dari jalur ibu.
Kesemuanya merenda sejarah Agra, tempat bangunan Taj Mahal didirikan. 

Anna Althafunnissa Islam sejak lahir sedangkan Jodha lahir dengan agama Hindu.  Sampai akhirnya ia memeluk Islam dan bernama Mariam Uz-Zamani setelah pernikahannya dengan Kaisar Mughal, Akbar. Menantu kesayangan hingga namanya diambil dari nama Ibu Suri, Mariam Makani. Seperti halnya Ana yang sebenarnya calon menantu idaman ibunda Azzam.

Sempat membaca peringatan tentang tayangan Jodha Akbar ini. Kontroversi tentang fakta sejarah dalam serial tersebut yang akhirnya direkaulang. Disamping pengakuan tim produksi bahwa komposisi cerita rakyat adalah 80 persen cerita sejarah dan 10 persennya dongeng.
Tentang pernikahan beda agama.
Tentang karakter tokoh-tokohnya yang seolah-olah mendiskreditkan Islam.
Awalnya daku tidak suka penggambaran dalam tiap adegan pendiskreditkan tersebut dan memilih mematikan tv kemudian tidur.
Namun begitu membaca KCB halaman per halaman maka perhatianku pada serial Jodha Akbar malah membuncah. Kenapa tidak berpikir untuk mengetahui pandangan dari luar mengenai Islam???
Apa yang kita perlihatkan pada mereka sebagai Islam?
Setidaknya daku tau kekuranganku dengan memilih Islam menjadi agamaku. Agama yang terbukti paling paripurna. Pastinya ajaran Islam itu sempurna meliputi kitab-kitab pendahulunya baik Zabur, Taurat maupun Injil. Apakah daku sudah mencerminkan Islam yang sesungguhnya. Uh! Menunjuk hidung sendiri agar bisa lebih baik daripada menunjuk yang lain.
Itulah alasannya mengikuti alur cerita Jodha Akbar.
(Eh?) Apa bukan karena baper dengan adegan-adegan romantisnya ???
Apalagi produsernya wanita, Ekta Kapoor. Mengingatkanku pada Mira Lesmana (oh?!) Film ding yang diusung Miles Production. Ada Nikita Willy tetapi bukan bertindak jadi produser malah pernah jadi sutradara FTV. Taiwan sana ada Angie Cai yang mempopulerkan serial Meteor Garden.
Surprise dengan riwayat penulis KCB. Tak heran pengalaman Kang Abik  di teater ikut ambil bagian sebagai pemeran Ustaz Mujab dan casting pemain dalam tim produksi film KCB. 
Enggak perlu ragu jika film Islami ditangani orang-orang Islam itu sendiri.
Lantas! Bagaimana sejarah Islam diceritakan oleh yang Non Islam???

Pertanyaan besar memenuhi benak dan ingin cari tau jawabannya.
Sama penasarannya dengan sejarah Ratu Roro Kidul maupun Ratu Kalinyamat.
Mana yang fiksi dan yang non fiksi. 
Link biru untuk nama-nama terkait Jodha Akbar berentetan dan bukan sekedar rekaan.
Tokoh Ana dengan Jodha membuatku tersadar kalau Ana hanya imajinasi yang mungkin ada di dunia milik Kang Abik sendiri. 
Eliana Pramesti Alam, Emira Giza Humaira saat kutelusuri hanya berakhir pada akun kosong.
Wangenharjo, Klaten. Pesantren di mana Ana tinggal bersama ortunya juga daku belum tau keberadaannya.
Kenyataan yang menamparku atas keberadaan diriku di muka bumi. Ada harapan menemukan pasangan yang punya kesanggupan untuk membimbing bukan sekedar mencari kesetaraan kufu atau bahkan lebih dari standar. Jadi ingat dan salut dengan ayahandaku yang berupaya mendidik ibu yang lulus SD pun tidak. Tak jemu mengingatkan membenahi kebiasaan yang tidak baik.

Berproses!!!

Setidaknya daku tidak menilai buku dari judul dan sinopsisnya saja.
Lebih parah lagi kalau aku menyimpulkan maksud penulis tentang Ketika Cinta Bertasbih yakni yang tertulis di akhir novel...?
Cinta berbalas cinta?
Aih!?
Pasti penasaran akhir novel KCB seperti apa? Atau yang punya novelnya bakalan mencermati lagi isi paragraf terakhir ^_^
Idih!? Silahkan nyari Sumonggo dibaca sendiri daku enggan ngopas #_#

Semenarik mengikuti likuan kebencian dan dendam Jodha dengan Akbar yang akhirnya berbalik menjadi cinta dan kasih sayang.

Yee! Sejarah menarikku kembali!

Daku juga tak boleh lupa kalau penyebaran agama Islam salah satunya dengan pernikahan beda agama termasuk di Indonesia. Hanya saja di India Islam itu minoritas.

Bagaimanapun dukungan kepribadian yang baik memudahkan cahaya untuk kembali memantul..
Berkas sinar itu akan memancar dari hati yang bersih..
Ilmu pengetahuan sebagai cara untuk mendapatkan petunjuk..
Manfaat ilmu bagi dunia- akhirat lah kita bermohon..
Semoga kita selalu diberikan hati yang Selamat..


'
***'
Nasyid kenangan rekaan
almarhum
Kang Aden Edcoustic.
Music director KCB,
Teh Melly- Kang Anto Hoed
mengakui karya dari
Kang Aden ini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar