Minggu, 18 Februari 2018

Muhammad : Lelaki Penggenggam Hujan

Yun Widhiatmi
Screenshoot from *iPusnas


Penulis :
Tasaro GK

Cetakan Pertama edisi 1 :
Maret 2010
Cetakan Pertama edisi II :
Februari 2016

Penyunting Ahli :
Ahmad Rofi' Usmani

Penyunting :
Fahd Djibran

Perancang Sampul :
Andreas Kusumahadi

Pemeriksa Aksara :
Titis, Nurlaily, Intari Dyah P., & Pritameani

Penata Aksara :
Martin Buczer, BASBAK_Binangkit

Digitalisasi :
R. Guruh Pamungkas

Penerbit PT. Bentang Pustaka

ISBN : 978-602-291-160-9

E-Book ini didistribusikan oleh
Mizan Digital Publishing
***


Membaca, Memahami, Mengoneksi


Tergelitik dengan ungkapan untuk referensi dalam buku ini.
Penulis menyebut sumber referensi  atau Daftar Pustaka dengan :
'Membaca, Memahami, Mengoneksi'
Yun Widhiatmi
Screenshoot *iPusnas

Dalam e-book, pinjaman *iPusnas urutan halaman isi buku ada yang ditukar. Diantaranya; setelah Pengantar langsung Bab 9, setelah Bab 17 dilanjut Bab 1.
Yun Widhiatmi
Screenshoot *iPusnas
Pertukaran itu mungkin untuk mengurutkan jalan cerita yang bergulir. Lumayan mengerutkan keningku, pada awalnya -_- tapi setelah menapaki rangkaian cerita demi cerita jadi maklum ^_^

Diantara bacaan yang ngendon di list bacaanku, ini yang berhasil kuselesaikan.
Kalau tidak salah ini salah satu dari tetralogi, kan? (Eh?) Trilogi apa tetralogi karena daku mbaca di daftar *iPusnas ada empat yang berjudul
-Muhammad- dari Mas Tasaro GK.

Serial Jodha-Akbar masih memberi pengaruh. Mungkin karena serialnya terputus sehingga belum tuntas penasaranku. Aku pantas bersyukur dengan penasaran itu mampu memberi semangat menyelesaikan bacaanku yang ini.
Kenapa?
Othak-Athik Gathuk!
Mengkaitkan tokoh novel ini dengan tokoh serial Jodha-Akbar.
Konon Akbar, tokoh utama pria serial Jodha-Akbar merupakan keturunan Mughal. Dari hasil gugling, Mughal merupakan bangsa keturunan Mongolia yang berasal dari Persia, Iran sekarang.
Arsitektur TajMahal bergaya Mughal dengan ciri khas adanya parit.
Arsitektur yang menginspirasi Masjid Baiturrahman di Aceh.
Dan ngomongin parit maka teringat kisah perang Khandaq semasa Rasulullah.
Konsep parit yang dikemukakan salah seorang sahabat Rasulullah punya kaitan dengan tokoh sentral.
Dalam Lelaki Sang Penggenggam Hujan, ada tokoh Kashva (ups!)
Daku mulai 'slenco' dengan kata kashva-> cassava, kesukaan kuh ^_^
Kashva, orang Persia yang tertarik dengan istilah 'Astvat-Ereta' Nabi yang akan datang ketika ajaran Zardusht ( Zarathrustra, Nabi yang mengajarkan Zoroaster) diingkari.

Sebagaimana makna dari nama ''Muhammad' yang berarti terpuji maka dalam tiap ajaran lain dalam kitab, nubuat itu memang bermakna sama.

Di Tibet,  ada nama Buddha Maitreya yang dipercaya perwujudan reinkarnasi dari Dalai Lama,
Phan-chhen-rin-po-chhe punya makna 'Permata Kebijaksanaan Yang Agung'

India, oleh Guru Kore, Kashva memperoleh nama yang diambil dalam kitab umat Hindu, Kuntap Sukt
Narashanshah Astvishyate bermakna yang terpuji dari kalangan bangsanya.

Dalam bab Pengantar, disebut kitab Bavisya Puran yang ditulis Maharishi Vyasa yang memuat peristiwa-peristiwa di masa yang akan datang.
Ada nama Malechha

Di Mesir, ajaran Koptik juga menyebut
Bar Nasha 

Membaca bab Pengantar sudah terjejal cuplikan peristiwa yang terjadi di pusat penyebaran ajaran keimanan. Tentang masa depan yang menggambarkan keadaan turunnya nubuat paripurna.
Karena daku punya buku Shirah dari Syekh Shaffiyyurrahman Al-Mubarakfury jadi punya pegangan dalam membaca bagian akhir bab Pengantar. Ketika Rasulullah hijrah ke Yastrib, Madinah sekarang.
Tapi tidak tau kemungkinan bagian depannya terjadi pada waktu yang sama atau tidak. Karena benang merah dari kisah kedua tokoh, Rasulullah dan di lain sisi ada Kashva, sama-sama dalam pelarian.

Menentukan Tujuan Dalam Perjalanan

Awalnya, Kashva melarikan diri dari kejaran tentara Kushrou, penguasa Persia, ahli waris Dinasti Sassania, penerus Darius dan Cyrus yang menjadi legenda.
Di tengah perjalanan malah menemukan jalan simpang oleh sebab keingintahuannya mengenai  kebenaran adanya nabi baru.
Buah pemikiran akibat korespondensi dengan sahabat pena Kashva dari Suriah, El. Sebenarnya keinginan bertemu dengan El itulah tujuan pelarian Kashva.
Namun dalam perjalanannya malah menjauhi Suriah, daerah asal El. Kashva menuju ke tempat keterangan ahli kitab diantaranya Gathas, India Perbatasan, hingga Tibet.

Bumbu romantisme terselip menemani perjalanan Kashva. Seorang Astu, gadis berpengetahuan yang sanggup merujit-rujit rasa hatinya.

Bagaimanapun, agama merupakan cakupan pengetahuan.
Ketika insan menyelami pengetahuan
maka
akan terbuka simpul-simpul akal.
Terbukanya simpul akal membebaskan diri dari keterbatasan bahwa jiwa sepenuhnya menjadi merdeka ketika menemukan cahaya sejati.
Cahaya ILLAHI inilah kesejatian dari pengetahuan.
Mungkin rantai cahaya dan pengetahuan ini
dimana
cahaya sebagai penerang untuk menemukan pengetahuan yang sebenar-benarnya.
Bukan malah terpukau dengan cahayanya hingga menyilaukan mata
menjadikan
kegelapan nyata yang tersisa.

Jadi merasa tertampar dengan keadaan Kashva  dalam kisah ini.
Diriku sendiri masih berusaha terus untuk meluruskan niat..
Masih mencari jalan yang benar-benar menuju Ridha ALLAH..
Kadangkala tersandung, mungkin karena alpha atau hal lain  >_<
Tak jarang berselisih antara keinginan dan kelakuan T_T

Betapa Rasulullah jadi semacam kompas dalam pencarianku
Berharap
Semoga aku selalu berusaha kembali menuju jalan yang telah Rasullullah lalui (Duh!) Sungguh berat apa yang telah Rasullullah tempuh pastinya kita yang hamba biasa ini takkan sanggup
>_<
Setidaknya,
Berusaha mengikuti petunjuk yang telah disampaikannya
dengan rujukan
Qur'an dan Sunnah
Wallahua'lam...


Maherzain
'AssalamuAlayka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar