Senin, 27 Juni 2016

Seperti Daisy di Musim Semi


image YouandWe

Judul :
Serial Pingkan 2
Seperti Daisy di Musim Semi

Penulis :
Muthmainnah

Editor :
Saptorini

Desain Cover :
Andy Rasydan

Ilustrasi :

Desain Isi :
Brader_LK

Cetakan Pertama, Rajab 1432 H/ Juli 2011

Gizone Books  of +Indiva Media Kreasi 

280 hlm.; 14cm

ISBN : 978-602-8277-42-6

***

Sekuel By Request




Dari mereka belajar jadi diri sendiri dan
Belajar menghargai pendapat orang lain...
Lanjutan dari Sehangat Mentari Musim Semi

"Pasti tentang idolamu lagi" >_<

Eh, justru dengan itulah daku belajar memahami diri sendiri. Dari sosok yang kusukai dan.. yang tidak kusuka >_<

"Bukannya yang kamu benci itu yang kamu hindari?"

Tapi, ada saat- saat tertentu, ALLAH Menguji kadar keimanan kita dengan mempertemukan kita pada hal yang tidak kita sukai..
Menghadapi ujian itu butuh ilmu, kan? Mungkin saat itu kita menemukan jawabannya.. tapi kadang butuh perenungan yang dalam dulu, baru menemukan jawaban. Dan dari sekian percobaan tersebut, diriku termasuk tipe yang merenung dulu baru menemukan jawaban.

"Kata-katamu belibet"

Terserahlah mau ngerti apa ndak.. Hanya berusaha merangkai kata sederhana untuk mengungkap sesuatu yang kuanggap rumit. Sedangkan aku sendiri belum yakin dengan rumusan yang kubuat tentang permasalahan tersebut...

"C U K U P ! Sebaiknya kamu terusin review buku ini sebelum nambah puyeng yang lain!"

Enak saja nyuruh-nyuruh orang!
Review ini dibuat memang untuk menumpahkan rasa suka maupun tidak suka. Terutama yang kusuka karena aku jadi bersemangat untuk mengetahui apapun mengenai hal itu.

"Dalam novel ini, Pingkan banyak menemui hal yang tidak disukainya "

Itulah! Perjalanan ke kampung halaman ibuku dalam rangka sadranan yang diniatkan untuk sillaturrokhim. 5 hari jelang Ramadhan memang diadakan open house layaknya lebaran. Dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk kumpul-kumpul dengan saudara kerabat yang lama tak bersua. Diantar bersama keluarga Om.
Semoga ALLAH Ampunkan diri ini atas Kesekian kalinya daku takjub bisa bertahan dengan tingkah keponakan yang tidak mengenakkan. Kurenungi bahwa aku juga belajar seperti Ayah memahamiku.  Kesabaran yang Ayah perlihatkan ketika menghadapi tingkahku yang mengekspresikan hal yang tidak kusukai dengan menyakiti beliau >_<
Nilai-nilai apa yang Ayah tanamkan hingga membuatku  sadar bahwa tindakanku keliru dan merubahnya menjadi lebih baik, itu yang sedang kupelajari.
Tulisan ini memang ditujukan untuk mengingatkan bahwa aku pernah belajar darinya : pemilik nama yang pasti jadi doa dari ortunya. Nama yang tercantum dalam Surat Maryam [19] di akhir ayat 13, 18, dan 63.
Pingin tau mengapa dia berbuat sedemikian dengan gerakan menendang enggak jelas di depanku juga ketika diberitau  bikin meme.
Kumulai dengan menyebut tokoh-tokoh dalam sinetron. Ternyata ia mengulang tokoh utama wanita di sinetron 'Anak Jalanan' itu. Dia juga mengenal pemerannya bernama 'Natasha Wilona'

"Oh... beda dengan yang kamu sukai, dong"

Idih >_<
Sayangnya, aku belum mampu menentukan sikap dengan tetap diam mengamatinya dan mencegah kalau tindakannya kunilai mulai merugikan baik dirinya sendiri maupun orang lain.
Tapi syukurlah aku bisa memanfaatkan momen ketika dalam perjalanan pulang, jenuh menunggu Om sekalian yang sedang berkunjung ke rumah sahabat. Dekat makam Ki Ageng Gribig, Jatinom. Si adek mendadak memencet klakson hingga ngagetin anak laki2 yang lewat naik sepeda. Untung tidak terjatuh. Langsung aku komentar dan...  Eh, dianya ngakak bikin kakaknya ikut-ikutan mencet klakson. Bahkan tidak cuma sekali hingga menggelitik yang sedang berbincang di dalam rumah untuk keluar. Berpamitan juga akhirnya 0_o

Pengalaman pribadi yang kupilih  untuk revew ini. Sebenarnya, pingin mengevaluasi kesukaan seorang sahabat sesama pendengar setia radio belum kesampaian. Ribet di akunya. Hanya kesimpulan dari episode sebelumnya dari pendengar yang lain. Yang sudah menghilang dari peredaran [=maksudnya tidak terdengar lagi namanya disiarkan ketika program request] :
Bahwa
Kesulitan menerima hal yang baru mungkin karena belum siap dengan perubahan atau belum mampu menyikapi suatu hal yang tidak disukai..

Ke-istiqomah-an pendengar yang request senandung sebagai tolok ukur hal tersebut meski di sisi lain jadi usaha pencapaian hal yang disukai menjadi jawara Chart. Masih menjadi pemakluman bahwa syair dalam lantunan mendapat rating of share tertinggi dibanding program kajian. Tidak ada bedanya dengan program musik di radio awam...
Perubahan yang ditanggapi persangkaan juga terjadi pada suatu kajian. Tanpa ditelaah terlebih dulu menimbulkan semacam benteng yang mampu memisahkan... dengan perbedaan pengertian tersebut?!
Realitas ini yang kubaca.

"Sok jadi analis, Loe! Kapasitas kamu sebagai apa disini?"

Bukan aku sebagai apa, tapi pemerhati! Kalau bisa aku mampu merubah sikapku menjadi lebih baik terhadap suatu hal  termasuk pada yang tidak kusukai, begitu!
Pendengaranku sudah dibiasakan dengan suara radio sedari kecil. Enggak tau maksud ayah dengan kumpulan materai. Memang bukan atas nama Ayahku tapi mungkin Ayahku pemungut iuran radio waktu itu. Bukti kegemaran Ayahku mendengarkan radio. Aku sempat inget ada iuran untuk TV tapi belum berhasil menemukannya. Tercatat tahun 1968! Ini foto yang kubuat :
Foto Bukti Iuran Radio tahun 1968
image YouandWe
Ayah memilih Siaran Nasional dan sesekali memindahkan ke Siaran Daerah setempat. Sampai besar aku dibiarkan memilih channel swasta yang kusukai yang informatif juga dan lagu-lagunya pop. Karena musik itu berbagai genre, aku memang segera memindah channel bila terdengar dangdut. Telingaku jadi pekak bila mendengarnya. Kalau 'Dangdut is the music of My Country' milik Project Pop aku masih bisa menolerir, sih!
Sampai suatu saat aku memutuskan hijrah. Menetapkan satu channel dakwah pilihan.
Ditandai dengan 'Manusia Baru' yang dilantunkan Haris Isa yang di-remake oleh Firdaus dengan judul 'Ku Bersaksi'
Akupun memutuskan untuk berhijab total. Menjadikan hijab bagian dari diriku dan tidak melepasnya lagi.

Para artis kesayangan pun kujadikan 'Bayang-Bayang Berwarna'
Tapi, yang namanya suka, ada rasa dimana diri ini penuh semangat menanti acara yang ada kehadirannya. Rajin bersih-bersih, shalat di awal waktu... Oh, My ALLAH! Mendadak males ngapa-ngapain... ketika cerita dan kehadirannya juga berakhir?
What's wrong with me? Seolah ada bagian diriku yang hilang... hampa?!

"B A P E R ? !"

Eh! Bukan sekedar bawa-bawa perasaan, ya! >_< Berusaha  mengeja 'Baper' ini dengan makna yang lain! Seperti yang disampaikan munsyidah Syafnai Voice bahwa Baper itu 'Bawa Perubahan'!
Mengingat lagi 'Idola Nomer Satu' kita ialah Rasulullah SAW [nasyidnya Shahdu, ANN Jateng].

"Lalu, apa maksudmu memasang gambar artis di review Pingkan 1, Sehangat Mentari Musim Semi itu? Biar dia lebih tenar, gitu? Atau apa?"

Ehm!? * Mikir] Lha, aku memang lagi suka sama dia!  Logikanya apa endak tau alasannya. Toh, ketenarannya tidak secemerlang Deasy, dulu di usianya.. Pribadinya sendiri juga bukan teladan karena ia punya pacar, ganti-ganti lagi.. Kalaupun tidak suka disebut pacar tapi temen deket aka TTM, tuh...
Karena 'aku bukan sang Hakim' Hanya Harapan  Semoga review ini jadi bukti kebaikan dengan kehadirannya di layar kaca.

Tidak semudah ini, aku menilai kesukaanku seperti sekarang! Aku perlu perjalanan dan perenungan panjang memahaminya...
Mulai dengan apa aku menyukai Deasy sebagai pribadi atau peran yang dimainkannya. Acara yang dibawakannya dan jenis iklan yang dibintanginya. Jujur, kalau bukan Deasy aku tidak suka sama lagu2 yang dinyanyikannya termasuk yang paling populer dan menjadi julukannya 'Tenda Biru'
Sempet Pingin bisa mengungguli Deasy sebagai presenter  yang mahir  Inggris dan terkesima dengan gaya Dewi Sandra, Sarah Sechan maupun Hughes telah fasih bercap cis cus 0_o

Sampai aku bisa mengakui bahwa tidak bisa memaksa orang menyukai apa yang kusukai begitu juga berlaku sebaliknya. Momen yang kupelajari ketika Teh Melly tidak merasa bahwa lagu 'Menyesal' digubahnya untuk Deasy Ratnasari. Sempet kecewa aku dengan sikap Teh Melly yang lebih mempercayakan Krisdayanti membawakan lagu-lagunya dan menjadi hits.
Tersadar aku menyukai lagu2nya Krisdayanti tapi tidak pada penyanyinya. Ketika itu aku mulai mengolah perasaan yang kualami. ALLAH Membantu dengan pemahaman ilmu lewat kajian yang sudah rutin aku dengarkan di channel pilihan dihiasi senandung yang menentramkan.

Keinginan terpendam yang kutindas pelan-pelan. Bahwa bakat enetertainer itu sebenarnya mulai tumbuh tapi aku wujudkan dalam bentuk lain @+@

"Ping juga telah memutuskan hengkang dari dunia fotomodel di session 1. Seperti kalimat Brother Ahmad dalam ingatan Ping..."
Image from google
Mirip si Ochi ya? Tapi itu Anggella Fransisca, s foto model yang telah berhijrah...
Bukan maksud membandingkan tapi memberi ranah keajaiban yang seharusnya jadi harapan setiap insan.
Eh?!
Hidup adalah perubahan. Jika tidak berubah, berarti tidak sesuai dengan sifat itu sendiri. [hal 128]
Begitupun aku biar masa kecilku saja... Aku tidak suka foto dewasaku di-upload. Pengalaman dulu, foto artis diinjek-injek orang tanpa rasa bersalah >_< Rasulullah pun tidak ditampakkan gambarnya jadi aku putuskan mengikut Panutan Utama Kita!

Sebenarnya aku suka dengan kamera. Kenal sejak kecil malah... Mungkin karena Ayah menertawakanku seperti dalam foto di bawah >_< untung daku masih kecil, jadi enggak malu meski pipi gembung dengan mulut penuh makanan.. Main shoot aja?! Tapi tetep  manis, kan 0_o
image YouandWe


Yang di tengah dan yang paling imut 0_o Bikin bertanya-tanya.. Mungkin biar ada temannya di depan kamera. Jadi merelakan bonekaku digendong yang lain. Eh, sebelah kiriku bawa boneka sendiri, kok! Hanya saja aku tidak suka nggendong boneka yang dipegang sebelah kananku itu. Malah memilih yang lembut dan berbulu warna-warni? Cah Aneh 0_o
image YouandWe

Foto kecilku yang paling kusuka ^_^ Sampai berlembar-lembar dan lecek semua, ini yang dobel. Padahal dulu masih pakai negative film. Syukurlah masih bisa diselamatkan meski sebagian dah jemblek.. 'Biarlah asal mau bergaya di depan kamera..' Mungkin begitu yang dipikirkan ayahku melihat ekspresi beliau seperti gambar inih 0_o
image YouandWe

Di samping radio, Tampilan layar kaca mulai hitam-putih hingga menjadi berwarna tak lepas dari keseharianku. Kotak ajaib hitam putih jadi yang pertama di kampung ketika masih dinyalakan dengan accu.
Paling suka nonton drama dan pentas seni dari dulu.
Dan akhir-akhir ini...
Penampilan Fathin Sidqia bikin aku 'ngeh' dengan acara di suatu reality show.  Memang di prime time, stasiun TV ini masih menggeber reality show sebagai program acara unggulan. Jadi pilihan beragam diantara pilihan sinetron, film yang selalu asing, atau newstainment. Membuatku meluangkan waktu memperhatikan program yang ditawarkan

"I am proud of You, Muslim!"

Yee..
Kita memang Muslim tapi seperti terkungkung dengan persepsi sempit mengenai jiwa seorang Muslim. Padahal dibalik pembatasan itu kita terbebas dari kekangan yang menjerumuskan ke jurang kesesatan.
Seru juga dengan perbincangan ke-muslim-an Ping dengan sahabatnya, Reni atau Diana juga Steph... Tentang Muslim yang sebenarnya. Yang istiqomah dalam memenuhi aturan. Tidak asal buka-tutup hijab, misalnya.

"Seperti Ochi?"

Ughft! Siapa yang enggak ingin menjadi lebih baik? Semua pasti ingin? Pastinya Ochi sendiri juga pingin lebih baik... dalam pemahaman.. dalam mengamalkan.. 
Harapannya, Semoga istiqomah.. seperti Desy Ratnasari, Inneke Koesherawati... Jangan kayak Citra Kirana yang di sinetron TBNH berkerudung tapi masih di layar kaca melepasnya dengan sengaja nyambi iklan pula.. atau Marshanda?
Setelah ujian kesungguhan iman Semoga bisa seteguh Laudya Cyntia Bella maupun Dewi Sandra...

Kun Anta!
Memang ada versi Indonesia tapi kalau tidak menampilkan yang versi asli bahasa asal pelantunnya, kok nggak afdhol..
Sempet terhenyak dan jadi enggak rela juga ketika mendengar 'Kun Anta' milik Humood Alkhuder jadi lagu tema masih di acara reality show khusus Ramadhan di salah satu TV swasta nasional yang dulu jadi fave-ku. Terbukti  dari blog awalku merupakan  akun fun site dari reality show yang fenomenal tersebut. Sekarang, nonton TV jadi tempat aku memantau dunia di luar diriku begitupun ketika ada Pemilu, aku memerlukan informasi berimbang dari berbagai stasiun. Kan sudah jadi rahasia umum kalau petinggi pertelevisian itu identik dengan bendera tertentu...
Kenapa finalisnya didominasi kaum Hawa? Malem-malem?
Namun di lain sisi jadi berharap ada nasyid yang ditampilkan kemudian bisa lebih diapresiasi layaknya di Negeri Jiran sana. Mampu bersaing dengan musik awam.
Sayangnya, radio fave-ku cenderung mengendurkan optimis dengan Chart yang tidak sedinamis tagline-nya >_<
Big five Chart harusnya khusus nasyid yang rilis di tahun ini atau rilis bulan ini.

"Kan sudah?"

Iya, tapi senandung yang direkomendasikan untuk dipilih...
Atau karena memang pilihan senandungnya yang tidak lebih baik dari yang telah lebih dulu dirilis?
Whatever! Diriku cuman pemerhati, doang asal bukan j a r k o n i  0_o
Kalau bukan nasyid pasti aku sudah bosan dinasehati  dengan cara yang sama [= maksudnya dengan genre yang enggak kusuka tapi diputer terus 0_o] Bukan berarti yang favorit lantas diperdengarkan terus setiap hari >_<  Oh, don't be like that! Jelas, aku enggak suka yang monoton meski diriku tipe yang setia [*halah*] Pinter-pinter aja nyari cara buat mengalihkan fokusku tuh, semisal denger TV atau memperhatikan bacaan gitu lah 0_0 Kadang aku bingung harus memperhatikan yang mana kalau semua pilihan ternyata bermanfaat semua..

"Rakus!"

Eh! Jangan mengangggap ilmu layaknya air penghilang dahaga. Harusnya ilmu menjadikan semakin haus dan bertambah ingin tau tentang sesuatu  tersebut..

Layaknya sikap Si Ping yang menjadi lebih dewasa.  Mengesampingkan perasaan dan mengedepankan kebaikan dalam pandangan ALLAH tentu saja.
Belajar mengalahkan kecamuk perasaan untuk memenangkan hati demi keselamatan bukan saja dunia namun termasuk pula keselamatan akhirat.. Belajar dan belajar menjadi diri sendiri bukan dirinya !_!

"Bukan dirinya? Si Ping maksudnya?"

Asal kamu tau kalau aku dengan Si Ping itu beda. Mungkin punya kesamaan karakter. Begitu juga dengan Ochi, gitu...
Hanya
Sama-sama menginginkan Pingkan ending-nya sedemikian. Terbatuk-batuk karena berbantahan dengan Rizal... Siapa Rizal?
Ochi sebagai Pitaloka di ending hidup bahagia dalam pernikahannya dengan Gumara. Betul tidak ikut yang session 2 di channel berbeda pula dan memilih peran Pingkan ini, kan yang peran di TV lain itu belum pasti ditayangin 0_o
Pelajaran di TV yang dulu itu malah nayangin CHSI 2 dan gaung Saur Sepuh bahkan janji Assalamu'alaykum Beijing tak tau rimbanya sedang TBNH tak tergeming meski sepakbola sekalipun 0_o

Dan aku sungguh tidak ingin relah menikah tanpa sadar seperti Ping... Oh, No! Sungguh berharap dengan  penuh kesadaran jadi yang terpilih bersama orang yang terpilih pula. Yang namanya terpilih memang harus melalui kesulitan demi kesulitan dan percaya bahwa janji ALLAH Pasti,,, innama'al 'usy riyyus roo... Sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudahan.

Aku ya diriku sendiri bukan dirinya 0_o
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar