Minggu, 02 Maret 2014

Hidayah Dalam Cinta


Judul Buku : 
  Hidayah Dalam Cinta

Penulis : 
 Rohmat Nurhadi  Alkastani

Editor :
 Endang Suryana

Desain Sampul dan Isi : 
 Wendy TAJ

PeƱata Letak Isi : 
 Tri Mulyani Ch.

Proofreader  : 
 Hartanto

Cetakan Pertama : 
 Agustus 2013
Penerbit : 
 Tinta Medina, Creative Imprint of
+Penerbit Tiga Serangkai 

ISBN : 
 978-602-9211-86-3 

1.      Religi  1. Novel





Harapan Saat Mencintai

… , amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin [QS. At Taubah[9] : 128]
Seperti halnya  bunyi hadist  Arba’in  yang ketigabelas:
Dari Abu Hamzah Anas Bin Malik RA. [khadam Rasulullah SAW ]dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” [H.R. Bukhari dan Muslim]
Maka, kita berharap bila mencintai akan sempurna iman kita kepada ALLAH Ta’ala. Karena kesempurnaan itu milik Ar RAKHMAN semata, selayaknya  cinta itu dipersembahkan pada-NYA. Rasulullah sebagai tauladan utama telah mengajarkan tentang cinta dengan cara yang sempurna.
Memang sulit mencintai hal yang membuat kita tidak nyaman, apapun dan siapapun itu, justru itulah sikap kita terhadap suatu keburukan tersebut. Bukan pelakunya yang kita benci tapi perangai buruknya. Dan mengubah keburukan itu tidak serta merta terbalik menjadi baik tanpa memulainya dari diri sendiri. Memulainya dengan menghadirkan cinta di dalam diri kita.
Itulah sekelumit pesan yang ingin disampaikan dalam novel ini.
Dibuka dengan larikan puisi berjudul ‘Ratapan Kayu di Tengah Lautan’ sekaligus menjadi judul Bab awal dalam kisah. Puisi yang menggambarkan Zein, sebagai tokoh utama,  menjalani hidup penuh harap di tengah keterbatasan ekonomi  dengan pekerjaan menjadi kuli bangunan di sebuah proyek pembangunan Masjid. Perlakuan semena-mena dari atasannya bukan alasan untuk membalas sakit hati.
Bab berikutnya, Zein berani menanggung kepergian Pak Mandor yang jelas telah terbukti bersalah untuk mengurusi putrinya yang terkena musibah kecelakaan. Yang akhirnya dengan kekhawatiran kehilangan putri satu-satunya, Pak Mandor mendapatkan hidayah.
Dari kejadian itu, Zein dipercaya menjadi pengurus Masjid yang baru selesai dibangun tersebut bersama Pamannya. Kajian ilmu yang rutin diselenggarakan di Masjid, memperkenalkannya pada Kyiai yang dikaguminya. Kelak, beliau yang menjadi guru pribadinya sehingga mendekatkan hubungannya dengan keluarga  beliau termasuk putrinya yang juga menjadi teman kuliahnya, Maulida.
Kejujuran Zein dan tanggungjawabnya menjaga amanah mengantarkannya pada dunia kerja dan meningkatkan perekonomiannya hingga mampu melanjutkan dan membiayai kuliahnya sendiri, disamping mengirimkan uang kepada keluarganya yang tinggal di desa. Bahkan, Sang Boss meng-amanahkan putrinya padanya. Kedekatan mereka menumbuhkan kasih sayang dan berniat mengikrarkannya. Namun, pesan terakhir  dari  gurunya membuatnya bimbang. Ditambah, kehadiran Uswah, sahabat masa kecilnya hingga kini, yang sedang membutuhkan pertolongan. Akhirnya, Zein harus mengorbankan cintanya karena ALLAH. Dan, Maha Luas karunia ALLAH bagi hamba-NYA yang berserah diri pada-NYA. Bahwa rencana_NYA ternyata lebih indah…

Cerita yang bergulir penuh hikmah meskipun terkesan dipaksakan.  Mungkin, supaya dapat menyesuaikan dengan peristiwa kekinian. Sempat mengira di bab keempat, alurnya melompat ke masa depan, ternyata itu sebuah mimpi, akibat dari keinginan yang  terpendam  sampai terbawa ke alam bawah sadar. Lumayan membingungkan. Tapi, kata-kata mutiara yang menghiasi di setiap penutup bab, menjadi pengingat  bahasan pokok dari bab tersebut, sekaligus sebagai  penghubung bagi bab yang berikutnya.   
Penggambaran tokoh dengan pov 1, kata ganti orang pertama memang lebih leluasa  mengemukakan apa yang ada di hati sehingga kurang menukik untuk pendalaman karakter tokoh yang lain.
Whatever, novel yang berlumuran cinta ini mengingatkan kita bahwa rasa yang dimiliki dalam hati untuk dibagi bukan sekedar diraup indahnya sampai menyakiti yang lain dan tentu diri sendiri.. Owh, T I D A K ! ! !
Bukan pilihan salah guna menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW, 12 Rabi’ul Awal 1436 H dengan bacaan yang bermutu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar