Judul Buku :
Hidayah Dalam Cinta
Hidayah Dalam Cinta
Penulis :
Rohmat Nurhadi Alkastani
Editor :
Endang Suryana
Desain Sampul dan Isi :
Wendy TAJ
PeƱata Letak Isi :
Tri Mulyani Ch.
Proofreader :
Hartanto
Cetakan Pertama :
Agustus 2013
ISBN :
978-602-9211-86-3
1. Religi 1. Novel
Harapan
Saat Mencintai
‘…
, amat belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin [QS. At Taubah[9] : 128]
Seperti
halnya bunyi hadist Arba’in
yang ketigabelas:
Dari Abu Hamzah Anas Bin Malik RA.
[khadam Rasulullah SAW ]dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Tidak sempurna iman
seseorang dari kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya
sendiri.” [H.R. Bukhari dan Muslim]
Maka,
kita berharap bila mencintai akan sempurna iman kita kepada ALLAH Ta’ala. Karena kesempurnaan itu
milik Ar RAKHMAN semata, selayaknya cinta itu dipersembahkan pada-NYA. Rasulullah
sebagai tauladan utama telah mengajarkan tentang cinta dengan cara yang
sempurna.
Memang
sulit mencintai hal yang membuat kita tidak nyaman, apapun dan siapapun itu,
justru itulah sikap kita terhadap suatu keburukan tersebut. Bukan pelakunya
yang kita benci tapi perangai buruknya. Dan mengubah keburukan itu tidak serta
merta terbalik menjadi baik tanpa memulainya dari diri sendiri. Memulainya dengan
menghadirkan cinta di dalam diri kita.
Itulah
sekelumit pesan yang ingin disampaikan dalam novel ini.
Dibuka
dengan larikan puisi berjudul ‘Ratapan Kayu di Tengah Lautan’ sekaligus menjadi
judul Bab awal dalam kisah. Puisi yang menggambarkan Zein, sebagai tokoh utama, menjalani hidup penuh harap di tengah
keterbatasan ekonomi dengan pekerjaan
menjadi kuli bangunan di sebuah proyek pembangunan Masjid. Perlakuan
semena-mena dari atasannya bukan alasan untuk membalas sakit hati.
Bab berikutnya, Zein
berani menanggung kepergian Pak Mandor yang jelas telah terbukti bersalah untuk
mengurusi putrinya yang terkena musibah kecelakaan. Yang akhirnya dengan
kekhawatiran kehilangan putri satu-satunya, Pak Mandor mendapatkan hidayah.
Dari kejadian itu, Zein
dipercaya menjadi pengurus Masjid yang baru selesai dibangun tersebut bersama
Pamannya. Kajian ilmu yang rutin diselenggarakan di Masjid, memperkenalkannya
pada Kyiai yang dikaguminya. Kelak, beliau yang menjadi guru pribadinya
sehingga mendekatkan hubungannya dengan keluarga beliau termasuk putrinya yang juga menjadi
teman kuliahnya, Maulida.
Kejujuran Zein dan
tanggungjawabnya menjaga amanah mengantarkannya pada dunia kerja dan
meningkatkan perekonomiannya hingga mampu melanjutkan dan membiayai kuliahnya
sendiri, disamping mengirimkan uang kepada keluarganya yang tinggal di desa.
Bahkan, Sang Boss meng-amanahkan putrinya padanya. Kedekatan mereka menumbuhkan
kasih sayang dan berniat mengikrarkannya. Namun, pesan terakhir dari
gurunya membuatnya bimbang. Ditambah, kehadiran Uswah, sahabat masa
kecilnya hingga kini, yang sedang membutuhkan pertolongan. Akhirnya, Zein harus
mengorbankan cintanya karena ALLAH. Dan, Maha Luas karunia ALLAH bagi hamba-NYA
yang berserah diri pada-NYA. Bahwa rencana_NYA ternyata lebih indah…
Cerita yang bergulir
penuh hikmah meskipun terkesan dipaksakan. Mungkin, supaya dapat menyesuaikan dengan
peristiwa kekinian. Sempat mengira di bab keempat, alurnya melompat ke masa
depan, ternyata itu sebuah mimpi, akibat dari keinginan yang terpendam
sampai terbawa ke alam bawah sadar. Lumayan membingungkan. Tapi,
kata-kata mutiara yang menghiasi di setiap penutup bab, menjadi pengingat bahasan pokok dari bab tersebut, sekaligus
sebagai penghubung bagi bab yang
berikutnya.
Penggambaran tokoh
dengan pov 1, kata ganti orang pertama memang lebih leluasa mengemukakan apa yang ada di hati sehingga
kurang menukik untuk pendalaman karakter tokoh yang lain.
Whatever, novel yang
berlumuran cinta ini mengingatkan kita bahwa rasa yang dimiliki dalam hati
untuk dibagi bukan sekedar diraup indahnya sampai menyakiti yang lain dan tentu
diri sendiri.. Owh, T I D A K ! ! !
Bukan pilihan salah
guna menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW, 12 Rabi’ul Awal 1436 H dengan bacaan
yang bermutu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar