Rabu, 05 Januari 2022

Ancika : Dia yang Bersamaku Tahun 1995

 


Judul Buku :

Ancika

Dia yang Bersamaku Tahun 1995

Penulis :

H. Pidi Baiq

Ilustrasi Sampul dan Isi:

H. Pidi Baiq

Desain Sampul :

M. Kurnia Fauqou N.

Penyunting Bahasa:

Esti Ayu Budihabsari dan Ilham

Digitalisasi :

Rakata

Edisi Digital :

Shafar 1443 Hijriah/

September 2021 Masehi

E-ISBN 978-602-6716-90-3

Penerbit

PT. Mizan Pustaka


Jiaah!

Patah hati, deh >_<

Enggak, ding!

Soalnya, Ancika ini yang Ku baca pertama kali. Baru nyari judul Dilan, Dia adalah Dilanku vol 1,2, dan Milea.

Maaf! Bagi Kamu yang sudah terlanjur baper sama Dilan-Milea.

Sejoli yang nge-hits begitu filmnya meng-Indonesia. Nah.. yang ini pasti sudah pada tau pemain Dilan-Milea adalah Iqbal Ramadhan dan Vanesha Prescilla. Dimana Iqbal yang pemeran Dilan eks Coboy Junior. Boyband Cilik yang dikenal sebagai 'Laskar Pelangi'


Ada casting untuk pemain yang dibikin serialnya, lho...

Kalo minat maka buruan daftar begitu baca review buku ini...!

Eh?

Kembali ke topik awal!

Kenapa ekspresi Aku tidak patah hati karena baper sama Dilan-Milea?

Sebab Dilan tidak bersama Milea lagi dalam buku ini °_°

Iya, putusnya Dilan-Milea diisyaratkan dalam buku Dilan sebelumnya. Tapi, kan ada harapan kalau Dilan-Milea putus pacaran tapi bisa bertemu dan mengikat tali pernikahan, kan?!

Ternyata tidak, buku Ancika inilah jawaban dengan siapa Dilan menikah. 

Gitu, kan?

Masalahnya bukan cerita Dilan yang lebih awal, sih karena masalahnya Aku membaca Ancika sebelum nyari judul Dilan karena penasaran.

Itupun juga pengaruh tak terhindarkan dari booming Dilan-Milea yang difilmkan. Daripada kuper bin tulalit diantara pembicaraan tentang Dilan-Milea. Tayangan TV pun tidak pelit menyinggung kata-kata:

..jangan rindu karena itu berat. Kamu takkan kuat biar aku saja..

..PR-ku adalah merindukanmu. Lebih kuat dari Matematika. Lebih luas dari Fisika. Lebih kerasa dari Biologi..


..“Kalau aku jadi presiden yang harus mencintai seluruh rakyatnya, aduh, maaf, aku pasti tidak bisa karena aku cuma suka Milea"..


Searching di google tentang Dilan-Milea termasuk kata-kata yang bikin meleleh terlalu banyak.

Bagaimana dengan Aku? Jika ditanya maka Aku akan jawab kalau itu suatu pengetahuan dan harapannya kenyataan yang Aku lalui nanti pasti lebih indah dari sekadar rekaan manusia semata. Selebihnya mungkin pengalaman penulis sendiri. Karena kata demi kata ditulis layaknya buku harian. Dan tulisan yang kukenal dari seorang Pidi Baiq seperti itu. Mengalir penuh kesederhanaan tapi membekas bagai aliran air. Bahkan ketika mencoba gratisan pada judul 'Drunken Molen'.

Baik Pidi maupun Dilan. Nama yang komersil sampai digunakan untuk Snack




Ngomong-ngomong soal gratisan tentu buku Ancika ini bukan gratis. Sengaja beli via google play



Pilih E-book karena praktis. Tidak memuat tempat. Aman disimpan di akun google. Setidaknya tidak mendengar omelan Kanjeng Mami. Toh, kegilaanku pada buku ditularkan oleh mendiang Ayah. Wajar bagi Kanjeng Mami buku itu tidak berguna kalau terserak. Cuma seharga kiloan sama tukang rosok. Padahal lebih rela dimakan rayap dan dipinjam tanpa dikembalikan.

Berbeda dengan Milea yang dikenal Dilan di sekolah. Ancika bertemu dengan Dilan dalam ruang lingkup keluarga.

Ancika berpikir negatif tentang Dilan di awal-awal pertemuan. Berbanding terbalik dengan ketertarikan Milea pada Dilan yang memperkenalkan diri sebagai seorang peramal. Yang susah untuk diramal tapi Dilan berharap bisa langsung melamar.

Masa usia sekolah menengah yang penuh dengan hal-hal baru untuk dimengerti ketika bersama Milea. Dan bersama Ancika saat Dilan telah memiliki tambahan pengalaman hingga menjadi lebih mapan kejiwaannya.

Lika-Liku cerita cinta setiap Kita tidak selalu sama persis. Maka jangan menjadikan cerita Dilan-Milea sebagai patokan. Bahwa setelah begini akan begitu. Kadang ada kejutan di tiap likuannya. Hal itu semata kuasa Allah Semata. Kita punya hak untuk menguatkan do'a...


"***"



Tidak ada komentar:

Posting Komentar