Senin, 29 November 2021

Mitomania : Sudut Pandang

 


Judul Buku :

'Mitomania : Sudut Pandang'

Penulis : Ari Keling

Genre : Novel

Penyunting Bahasa : Ayu Wulan

Desain Isi : Rudy Setiawan

Desain Sampul :

Riivle, Andhi, Rasydan

Ilustrasi Sampul : Riivle

Penyelaras Akhir : Noviandhi

Penerbit Indiva Media Kreasi

ISBN :  978-623-253-028-7





Jiwa tempat nyawa bersemayam. Dimana jiwa yang baik maka nyawanya juga dalam keadaan baik.


Kadang, keadaan membuat jiwa terganggu. Apa yang sedang dialami mempengaruhi ketenangan.


Mungkin bukan Kita yang membuatnya demikian. Tetapi bukan berarti Kita tidak terlibat di dalamnya.


Bagaimana Kita menghadapi apa yang terjadi ternyata menjadi kunci utama.


Jadi ingat caption postingan seorang selebriti bahwa sikap untuk tetap positif pada situasi negatif maka itulah kemenangan sebenarnya.


Iya!


Tetap bertahan dalam situasi sulit adalah perjuangan. Betapa rapuhnya jiwa bila Kita sendiri tidak mampu menguatkan.

Hal itu mulai melunturkan kepercayaan pada diri sendiri.

Kadang pembelaan dilakukannya yang menurutnya mampu mengendalikan situasi agar berjalan sesuai dengan capaian dan keinginannya.

Tanpa sadar telah mereka-reka kejadian demi kejadian hingga berbeda dari kejadian yang sebenarnya.

Ketika dirinya merasa nyaman dengan tindakannya maka ia akan mengulangi cara yang sama apabila menghadapi persoalan.

Lama-lama menjadi kebiasaan dari perilaku yang menyimpang.





Novel berjudul 'Mitomania' ini menggambarkan keadaan psikologis seseorang. Hal yang rentan terjadi di usia remaja. Masa peralihan dari anak kecil menuju kedewasaannya.

Banyak hal dipikirkan. Banyak pula terjadi perubahan mulai dari fisik hingga tanggung jawab yang mengiringinya.

Sayangnya, hal baru yang harus ditapaki itu tidak semulus jalan di tol. Yang di tol aja masih bisa kecelakaan.

Soal demi persoalan menumpuk membebani pikiran.

Ketika jiwa memerlukan perawatan namun yang terjadi jiwa malah terancam.


Cerita yang bergulir adalah flashback. Sedari awal, pembaca dibuat penasaran dengan usaha Kefiandra melaporkan kekerasan fisik yang dialaminya.
Guru BP tidak serta merta percaya begitu saja. Selalu mengonfirmasi terlebih dahulu dengan pihak-*pihak yang terkait.

Bingung menebak-nebak siapa yang sebenarnya berbohong. Secara bahasa tubuhnya tidak ada hal yang menunjukkan kalau sedang berbohong. Paparan yang dikemukakan begitu meyakinkan.

Awalnya, Kefi menyeret Lisa yang mem-bully. Berikutnya, ia menyebut Morgan dan juga Amanda yang bersekutu untuk menindasnya. Ketiganya memang dikenal sebagai sahabat karib.
Bab-bab selanjutnya mengemukakan bahwa Kefi berbohong bukan karena ingin merasa aman dan nyaman sebagaimana halnya seorang pembohong kompulsif.
Seolah sedang berupaya mengadu domba persahabatan mereka. Padahal sebenarnya tidak.
Kefi memiliki gejala pembohong patologis hanya membela dirinya dan berusaha bangkit dari ketidakberdayaan. Masalah yang menimpa keluarganya membuatnya terpuruk.


Perseteruan yang terbangun itu malah menyingkap adanya pembohong patologis dan lebih berbahaya lagi diantara ketiga sahabat karib tersebut. Hal yang dirunut ketika ada rasa cinta dalam hubungan persahabatan.
Gelagat kebohongannya malah lebih berbahaya. Pembohong sosiopat adalah seorang oportunis. Berusaha menjegal saingannya dengan cara licik. Salah satunya dengan melemahkan mental.
Lebih buruk lagi akibatnya bila pembohong sosiopat ini memiliki kedudukan maupun pengaruh yang luas.

Sayangnya, gejala ini tidak kentara hanya dengan ngobrol biasa. Kadang, penderita tidak menyadari dirinya sedang berbohong.
Harusnya Kita tidak serta Merta menuduhnya sebagai gangguan mental. Dan tidak gegabah karena gangguan kejiwaan perlu diagnosis akurat dari ahlinya. Agar bisa menentukan terapi apa yang bisa diterapkan.

Harusnya para orang tua maupun wali mulai peduli dengan kondisi psikologis putra-putrinya. Jangan sampai terpuruk. Dan meyakinkan anak bahwa ia tidak sendirian menjalani ujian hidup.

Mulai memupuk keberanian untuk mengakui kelemahan. Berusaha jujur pada diri sendiri. Bukankah dengan satu kebohongan maka untuk menutupinya juga dengan kebohongan-kebohongan yang lain?!

Jadi tidak berlebihan dan justru menjadi perhatian bahwa setiap diri perlu memperjuangkan Mental Healt.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar