Kamis, 25 Desember 2014

Menjadi Ibu Dambaan Umat

Judul Buku : Menjadi Ibu Dambaan Umat

JudulAsli : Kaifa Tushbihiina Umman Mitsaaliyyah

Penulis : Adil Fathi Abdullah

Penerbit : Ad-Daarudz- Dzahabiyyah

Penerjemah : Abdul Hayyie  Al-Kattani, Abdul Hadi Yasin

Penyunting : Abdul Baqir Zein

Perwajahan Isi & Penata Letak :  Muchlis, Abu Ahmad Zaki

Ilustrasi & Desain Sampul : Edo Abdullah

 Penerbit : GEMA INSANI

Cetrakan Pertama : Sya'ban 1423 H/ Oktober 2002 M
Cetakan Ketiga  : Rabi'ul Akhir 1425 H / Juni 2004 M

112 hlm : 18cm

ISBN :  979-561-782-6



Sebelum menjadi Ibu, sudah selayaknya memiliki persiapan  untuk menghadapinya. Momen hari Ibu tanggal 22 Desember tahun ini,aku coba review buku ini. Sebentar!... Owh, tidak! Meski aku sudah familiar dengan judul buku ini, tapi ternyata aku masih asing dengan kata demi kata dalam lembar buku ini [* Tepok jidat! Berarti aku belum membaca buku ini >o<

Kuakui keenggananku membaca non fiksi apalagi yang berupa materi atau teori yang disampaikan dalam bentuk essai. Nggak betah memelototin huruf demi huruf dan mata enggak tahan berjaga.
Bagaimanapun aku mengupayakan ada satu diantara sekian buku yang berupa non fiksi. Biar tetap berpijak ke realitas. Tetep saja, membaca yang berupa teori melulu, nggak ada cerita sama sekali bikin mataku pening dan kepalaku pegel [eh??]Memang aku memilih mendengarkan kajian lewat radio Islami sambil membereskan ini dan itu الحمدللله  tanpa harus repot duduk membacanya yang pastinya nggak bisa lama-lama kecuali tertidur atau ada buku pendamping lain yang lebih menarik untuk dibaca 0_o Cerita yang menarik mampu mempertahankan kelopak mataku tetap terjaga. Setelah membaca buku ini dengan  tertatih-tatih dan  di seling-seling biar enggak muntah kalau diilustrasikan minum jamu yang sangat pahit semisal brotowali, sambiloto, atau daun memba untuk mengatasi sakit perut. Pada akhirnya, materinya sering aku dengar dalam kajian pranikah dan paska nikah di radio favoritku jadi lebih mudah mencerna sambil mengingat-ngingat yang pernah kudengar.

Menjadi Ibu dambaan umat dimana tegaknya negara ada di kaum wanitanya. Baiknya suatu negara  ada pada ibu yang baik pula. Maka memilih ibu yang baik bagi anak-anaknya adalah salah satu kewajiban seorang ayah yang menjadi hak anaknya.

Buku ini membahas peran besar seorang Ibu. Enam bab besar dan setengahnya membahas tentang anak yang mungkin bisa dirangkum dalam buku tersendiri. Tapi bisa dimaklumi karena peran ibu otomatis berhubungan dengan anak.  Apa tahapan perkembangan yang harus diketahui oleh Ibu, apa yang terjadi pada si anak pada tahapan tumbuh kembangnya, dan bagaimana menghadapinya.  Pembahasan itu meliputi  saat mengandung lalu dilahirkan lengkap dengan pemenuhan hak anak untuk diperdengarkan adzan, pemberian nama, dan pelaksanaan aqiqah. Panduan sederhana menyusui, pentingnya ASI bagi bayi, dan bahanya menyapih terlalu dini tanpa disertai oleh sebab yang darurat.  Berikutnya  proses pertumbuhan gigi yang kadang diiringi demam, sesekali juga mencret, serta suka mengigit dan melempar. Beriringan dengan penyakit yang kadang menyerang balita bersama pencegahan dan penanggulangannya. Proses anak yang mulai berjalan dan belajar berbicara sesuai kemampuannya namun tetap harus distimulasi.

Proses pendidikan yang dilakukan sejak dalam kandungan diteruskan saat pengasuhan membentuk kepribadian anak sampai ia dewasa. Pendidikan yang dalam fitrahnya diamanatkan pada seorang Ibu merupakan peran utama yang seharusnya tidak ditinggalkan demi karier dan kerjaan. Peran utama ini kadang menjadi nomor sekian karena pemenuhan ekonomi yang lebih mendesak. Tak jarang anak diserahkan pengasuhannya pada kakek-nenek atau malah pembantu. Syukur kalau mendapat pengasuhan yang baik kalau sebaliknya? Alangkahrugi kesempatan berharga yang diberikan ALLAH pada seorang wanita tersebut.

Buku ini praktis untuk bekal para ibu maupun calon ibu. Satu kejanggalan bahwa Ayat Al Qur'an ditulis dengan huruf hijaiyah hanya sekali di bab awal yang merujuk tentang pengkhususan berbhakti kedua ortu, yakni dalam QS. Al Luqman ayat 14. Selebihnya ditulis tafsirnya saja sedangkan haditsnya sebagian besar ditulis lengkap dengan huruf hijaiyahnya.



 
***
 
                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar