Rabu, 22 April 2015

Jomblo Prinsip Atau Nasib

Judul Buku : Jomblo Prinsip Atau Nasib

Penulis : +riawani elyta ,  +Ade Anita  , Afin Yulia, Anis Marzela, Atria Dewi Sartika, +eni martini  , Indah Sari Abidin,  +Neida Camelia  , +Nyi Penengah Dewanti ,  Shabrina W.S.,  Wulansari

Penyunting Bahasa dan Penyelaras Akhir : Ayu Wulandari

Penata Letak : Bagus Muhamad Ma'ruf

Desain Sampul : Naafi Nur Rohma

Cetakan Pertama, Rabiul Akhir 1436 H/ Februari 2015


168 hlm,; 19 cm

ISBN : 978-602-1614-49-5

***
 INT. RUANG KELUARGA- MALAM
H. Hearti
B. Braina
[SFX] tayangan seru di televisi.

Braina duduk terpekur memangku sebuah buku. Tangannya mengotak-atik pulpen. Sesekali membolak-balik lembaran buku kosong di sisi kanan lengan kursi yang didudukinya.
Hearti memperhatikan tingkahnya.

H
Say!
Dari tadi nggak dapat tulisan apapun?
Kertasmu masih kosong tuh
Ngapain aja, Non?

B

Dengan wajah cemberut
 Kau bisa diam tidak?!
Kamu yang telah menggangguku dari tadi, Tau!


H
terlihat kaget [Voice Over]
Jelas-jelas dari tadi kalau dia tidak  tertidur, ya melototin sinetron. Aku kan mau ngingetin dia? Kok malah...  

Aku?
Kenapa aku?
Aku kan nemenin kamu biar nggak sendirian mikir!


B

Ah!

[melempar buku non fiksi yang dipangkunya ke muka H]

      Semua sama saja.... cuma doktrin!


H

[VO] Gimana cara menyadarkannya bahwa dogma yang muncul akibat pemahaman dari dirinya yang sebenarnya ia ingkari sendiri?

Lagi-lagi kau cuman memikirkan hal buruk saja!
kamu kan belum tuntas membaca buku ini?



[CU] mencibir

He! denger! 

[ menunjuk ke muka H]
Teh Afin,
aku kenal dia...
jomblo gaul
yang ingin sekali merasakan jatuh cinta
dan
Tuhan Berkenan
Mengabulkan permintaannya.
Seperti kau tahu
yang namanya jatuh itu
pasti menyakitkan
makanya bangun cinta jangan jatuh cinta!


[Liat tontonan di depan mereka menampilkan adegan romantis, lantas menggumam]

Jatuh?..
Apa yang terlihat indah di mata
hanyalah jebakan!
Yang terasa nikmat
nyatanya
perangkap menyesatkan!
Seperti halnya romantisme
tanpa komitmen.
Keinginan bersama
tanpa tanggung jawab..
Rapuh!


B

Wuiyh!
Kamu baca juga tips dalam buku ini?
Eh!
Biasanya yang seperti itu yang bikin
tontonan itu jadi sesuatu..


H

Mangkanya
Tontonan jangan dijadikan tuntunan!
Tontonan itu kadang dapat tuntunan dari buku, lhoh...


B

Halah!
Nyatanya kamu nonton terus?
Pergi sono!
Ngaji!
Ngapain disini, Loe?


H

Aku pingin ngerasain
bagaimana rasanya tertarik
lalu
merumuskan cara untuk tidak terjebak


B

Sok suci!
Bilang aja
kamu emang menikmati tontonan begituan

H

Mengernyitkan alis. Keinget dialog di satu scene yang dicatet Braina di notesnya.


Gambaran untuk
si
jari manis,
Manusia biasanya
lebih memilih khayalan
daripada kenyataan!
Ehm...
Mencari yang tidak ada
dalam genggamannya...


B

Sok filosofis!
Pilihan
ada di tangan sendiri
Mau cinta romantik atau
yang sama rapuhnya, cinta kondisional 
seperti yang kau maksud
atau cinta sempurna
dengan
hasrat, komitmen, dan tanggung jawab
sebagai muslim
...
That's Yours!
itulah dirimu!


H

[CU] Tiba-tiba kehilangan kata-kata. Dengan senyum menggelitik.

 Sssstt!
Lanjut review-mu ajah!
Menurutmu...
ceritanya Sist. Neida gimana?

B

Aizz 

[meringis sambil pasang kuda-kuda niruin pemain yang ditontonnya]

Aku tau harus bersyukur
dan sebenarnya tidak mau membuka aib.
Kamu tau aku punya masalah BB
dan berusaha mengatasinya..
Wajahku juga nggak jelek
kalau tidak bisa dibilang cantik...
Aku harus pede,
tidak boleh pesimis
lalu pasrah pada   kehendak Yang Kuasa

[memandang sahabatnya] ...

itu kan intinya?




[CU] tersenyum pahit

NAsib atau syukur?... 

[Flashes] membuka telapak tangannya dan lega, tak disangka B diam tenang dan tidak menyerang dengan kata-kata] 

itu ...
emang judul tulisannya
Sist. Anis Marzela...


B

 [CU] menyeringai
Aku tahu jomblo itu
harus disyukuri 
karena untuk menghindarkan diri
dari perbuatan maksiat. 
Tapi itu kan dulu?
Dulu,
saat aku masih merasa
belum siap membina rumah tangga. 
Sekarang? 
Sampai kapan
mempertahankan status jomblo
pada diriku?
Sisa umurku berkurang
bukannya bertambah!...


H

[Hiks! Seketika H juga merasa malu dengan anak usia belasan yang sudah jadi ortu. [VO] Persis ramalan Jangka Jayabaya 'isih bayi wis nduwe bayi. Meski tidak semuanya, masih kecil pun pemikirannya juga masih kecil dan biasanya hanya menuruti hawa nafsunya saja!... Naudzubillah!]


 Menurut Sist. Wulansari,
jomblo itu kesempatan!


B

[menatap heran pada sahabatnya]

Siapa bilang bersama tidak lebih baik?


H
[Sepertinya Ada kepedihan yang tersirat... atau hanya inget lagunya Audi [eh] lagunya Audi bukan? #Berdua denganmu pasti lebih baik, aku yakin itu...# Ups! Membuka-buka lagi buku non fiksi]

Teruntuk YZ,
pemilik kisah
yang ditulis
bunda Shabrina WS...


B

Serasa ditunjuk, kan?
Seolah itu namamu...
tentang perawan
dan jejaka tua
yang terlambat menikah
dan hidup kesepian
tanpa keturunan...



 [buru-buru  menyela]

Iya.. Iya.. 
tapi kita tidak boleh putus asa
dari Rakhmat ALLAH!
Kebaikan demi kebaikan
yang selalu kita mohonkan pada ALLAH...


B
 
 [menghela nafas] 

No Woman No Cry...
Enggak nangis sih tapi merana
seperti halnya Nabi Adam Alaihis Salam
yang hidup enak di syurga
masih saja merasa tidak nyaman,
serasa ada yang kurang.
Bahasa Jawanya
'Ora jenak' 
dan ALLAH Yang Maha Tahu,
berkenan Menciptakan
Ibu Hawa
yang diambil dari tulang rusuknya. 
Nah,
apalagi kita yang di dunia
pasti pingin
merasakan kenyamanan juga.


H


Dengan pernikahan
kita punya pasangan sejati..
He.. he..
Bunda Riawani
sama dengan pendapatku
kalau pacaran itu bohong belaka.
Kesadaran dengan mengamati
pengalaman teman-teman
yang pacaran untuk mengejar
status cewek cantik, misalnya.
Bahkan
ada yang sampai menyakiti diri sendiri
karena pacarnya
sudah enggak peduli lagi?
Emang pacarnya tuh siapa?
Suami bukan!
Belum halal lagi!
Indahnya juga takkan lama
karena hubungan semasa pacaran
hanya memuaskan nafsu belaka
tanpa ada komitmen
dan tanggung jawab bersama...
Jelas-jelas kita, wanita,
yang paling mengalami kerugian..


B

Tentu,
lelaki yang baik itu
takkan merugikan wanita
karena sebaik lelaki
adalah dia yang
paling baik pada istrinya
ha.. ha.. hai..
bukan pacar..
tapi
pacarnya yang sudah halal!

Semua tergelak


H

Pinter juga kau!
Seorang lelaki baik
tentu
akan memuliakan
wanita yang dicintainya
kalaupun tidak
maka
tetap menghormatinya..


B

Ehm.. He'em...
senada dengan tulisan Nyi PeDe,
aku jadi bersyukur sekarang,
mengingat dulu
pernah suka sama seseorang..
Eh?
Mungkin sekedar kagum, ding

[tersenyum malu]

Syukurlah sukaku tak berbalas

[VO] enggak membalas ajakannya..]

Jadi
enggak keblabasen
 ke hubungan tanpa status



 [F] ngeri ngebayangin pacaran yang penuh maksiat >o<
[SFX] jeda iklan
[B buru-buru keluar]


H

[membaca catatan di notesnya B yang digeletakkan begitu saja]
[VO] Nyengir dengan 'prinsip' jomblo!
Di usia kepala tiga masih betah dengan status jomblo dengan alasan belum ada yang mampu bikin hati ini mantap.
Ah! Lalu bagaimana aku bisa bikin mantap 'si dia' untuk melangkah bersamaku?
Kebersamaan dalam kebaikan dan kesabaran bagiku adalah kebersamaan sejati seperti termaktub dalam surat QS. Al'Ashr.

Sebenarnya ingin kubuang jauh-jauh pemikiran tentang kesendirian!
Memangnya siapa yang betah hidup sendiri?
Dalam kebersamaan pun tidak ingin sendiri!
Dalam artian  sejalan, searah, sepemikiran, sehati, sejiwa...
Bersama kemana?
Tentu saja menggapai ke-Ridhla-an ALLAH...
Jika keyakinan itu belum kutemukan padanya, mana mungkin aku akan bersedia???

[selesai membaca, B datang dari dapur membawa beberapa buah pisang dan jeruk beserta dua gelas air mineral hangat. H belum mampu mencerna maksudnya lalu men-dzahar-kan kalimat terakhir yang dibacanya]


B

Itu tanggapanku
untuk tulisan
sist. Atria Dewi Sartika


H

 [membuka halaman notes B berikutnya]


Pacaran? No Way!

[menatap penuh tanya pada B]

cuma itu?




[tersenyum geli]

Habisnya.
 kata itu yang aku inget

[pasang muka innocent]

Selama tidak ada jaminan
bahwa pacar itu adalah jodoh.
 Memang  ada
yang bener-bener jadi
menikah..
tapi..




[menyahut cepat]

Gelarnya MBA
atau CLBK
atau malah PHP... 




Hadeh!
The Right Women On The Right Time...
aku masih pegang prinsip itu!
Kamu juga, kan?
Halal dulu baru romantis!



H [VO] senyum centil Braina manis sekali

The Right Man kaleee,
Brein!

[serentak mereka ketawa renyah]



Brein!
Kalo judul tulisan Bunda Ade
disambungin ke tulisan Sist. Anis Marzela
yang mengambil dua bagian
dalam buku ini pasti cocok, kan ya? 

[dilihatnya B mengangguk-angguk tanda setuju]

B

Sayangnya
nggak ada tulisan dari ikhwan
 meski ada yang mengambil
sudut pandang laki-laki.
Mana bisa
memahami dari satu sisi saja?


H

 [VO] bener juga sih pendapat si Braina itu

Eh,
siapa tau
kalau sudut pandang yang berbeda itu
memang benar-benar dari pemikiran para lelaki?


B
 \
Jelas-jelas doktrin!


H

Yang namanya buku itu
mengajak pembacanya untuk berpikir!

B

Kau menyindirku?

 [menatap tajam ke H]

Memang tugas penulis
membuka wawasan pembacanya!


H

Nah,
kau pun tahu itu
dan kau juga melakukannya...
Sayangnya,
untuk dirimu sendiri...

[ Memandang jauh ke kehijauan dihadapannya. Kebetulan layar TV menyajikan pemandangan yang hijau itu]

[SFX] Suara TV lagi seru-serunya adegan laga sedang kedua insan  itu hening.


***


***

Ehm! Kalau baca buku tentang 'pasangan', kok, pinginnya malah curhat?
Jika dilihat dari tanggal terbit buku, aku kan bisa bikin review untuk media?
Jadi dipertanyakan mengenai 'passion'-ku kalau yang dimaksud  adalah hobby yang ditekuni guna memperoleh penghasilan.
Aku lebih memilih kata hati sekaligus mendapat royalti daripada mengikut selera pasar [halah?! 0_o

Buku ini sebagai hadiah 'Reward Pembaca karyanya mbak Afra. Jujur! Saya suka  karyanya tapi belum tentu setia membaca setiap karyanya 0_o

Voc : Kang Abay Motivasinger 
song title : JDA





3 komentar:

  1. Wiih, baru pertama kali baca review model begini. Kereen! Reward dari Afifah Afra juga ternyata. Salam kenal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ups! kenapa reply-ku bisa ngilang sendiri >_<
      salam kenal juga mbk +yuriezhafiera
      itulah kalo disuruh baca non fiksi jadi pingin nulis fiksinya...

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus