Dari 9 Novel 7 Manusia Harimau
-----------------------------------------------------------------
Reffleksi Karakter
Cinta bagiku akan kujadikan rasa
Merasa bahagia dengan bahagianya diaCinta bagiku akan kujadikan rasa
Meskipun seandainya tidak bersamaku
Mungkin bersamanya...
Cinta itu asa
Harapan menjadi yang lebih baik
dalam pandangan ALLAH semata
***
Mulai April 2016 ada sekuelnya 'The Next Generation' masih satu grup, MNC.Jum'at, Jumadil Akhir 1346H / 27 Maret 2015 mulai
menyempatkan menulis review ini. Memang dari sinetron tapi ada keinginan besar mendapatkan buku seri tujuh manusia harimau. Mungkin di Perpustakaan Daerah. Jika aku mendapatkannya, Semoga aku bisa memperbaharui review ini. Tapi, الحمدللله malah dapat bocoran ceritanya melalui *Padepokan Ronggolawe* dengan format pdf. Yang tersedia disana hanya enam serial yang pastinya bikin aku makin penasaran.
Di Pameran Buku kemarin [14 Juni 2015] juga nihil mendapatkan novel 7 Manusia Harimau yang dikabarkan cetak ulang dalam retweet @pigum_lovers [ @ochivers ].
Menulis buku seri itu memerlukan kemauan kuat jadi tidak ada salahnya aku belajar menekuninya. Keliatannya keinginanku menguat ke arah sana 'bab fiksi sejarah' terutama legenda, cerita rakyat, saga atau tokoh nusantara ... Ya sudah! ikutin saja!
Kalau sudah mulai keranjingan nonton sinetron ini, berusaha ngulik sesuatu agar tidak sia-sia perhatianku yang tersita karenanya. Alasan inilah aku menulis review ini. Biar tuntas dan nggak jadi pengangen-angen terus. Mangkanya tidak dapat kupungkiri bahwa ini akibat lagi suka banget dengan Serial 7 Manusia Harimau yang sekarang menginjak 200-an episode di tayangan teve yang punya logo Rajawali ituh...
Selain penasaran dengan novelnya, sebenarnya kisah asmara Gumara [Samuel Zlygwyn] dan Pitaloka [Ochi Rosdiana] yang jadi daya tarik. Ehm.. apa aku masuk komunitas @pigum-lovers?
Semoga mereka juga bisa belajar dari tokoh yang mereka mainkan. Bukan untuk meniru tapi mengambil sisi baiknya dan menanggalkan sisi buruknya...
Selebihnya para pemeran terutama yang wanita juga cantik-cantik ^_^. Sampai aku mendapat satu cerpen karena merasa tertohok begitu mengetahui profil pemain Pitaloka. Aku membuat *FITSY* dalam bentuk cerpen, padahal biasanya aku membuatnya dalam bentuk puisi. Cerita itu masih diendapkan karena belum nemuin eksekusi konflik yang sreg dimana awal dan akhir cerita sudah kuanggap terselesaikan.
Antara Konflik Dengan Karakter
Yang kumaksud disini adalah Sinetron produksi +Sinemart mengambil ide dari serial pertama dari buku yang kupasang image-nya diatas. Beda banget begitu membaca serial novel pertama yang berjudul 'Pantang Berdendam'.
1. Seperti yang diulas di blog lain mengenai 7 Manusia Harimau; nama tokohnya ada yang disesuaikan dengan ikon kekinian.
Diantaranya tokoh Harwati diganti Karina [Syahnaz Shadiqah], Lading Ganda diganti Rajo Langit [Ammar Zoni]
Sebenarnya, ada makna pada suatu nama. Seperti Lading Ganda yang arti secara bahasanya adalah pisau ganda atau pisau bermata dua. Dan, pisau ganda tersebut sebagai senjata sekaligus identitas pemilik nama. Tentu saja beda dengan pemilik nama Rajo Langit yang seorang Penguasa langit. Penggantian nama ini tidak terjadi dalam film '7 Manusia Harimau versi 1986 yang dibintangi Ray Sahetapi [sebagai Gumara] dan Anneke Putri [sebagai Pitaloka]. Produksi Kanta Indah Film yang penulis skenario merangkap sutradara adalah bapak +Imam Tantowi . Nama yang sama untuk penulis skenario versi sinetron ini.
Sebenarnya, ada makna pada suatu nama. Seperti Lading Ganda yang arti secara bahasanya adalah pisau ganda atau pisau bermata dua. Dan, pisau ganda tersebut sebagai senjata sekaligus identitas pemilik nama. Tentu saja beda dengan pemilik nama Rajo Langit yang seorang Penguasa langit. Penggantian nama ini tidak terjadi dalam film '7 Manusia Harimau versi 1986 yang dibintangi Ray Sahetapi [sebagai Gumara] dan Anneke Putri [sebagai Pitaloka]. Produksi Kanta Indah Film yang penulis skenario merangkap sutradara adalah bapak +Imam Tantowi . Nama yang sama untuk penulis skenario versi sinetron ini.
Eh! Tapi di episode 275 [18 Mei 2015] dimunculkan tokoh Ki Lading Ganda tuh...
Tapi image berjudul 'Tempo Doeloe'
Siapa sangka Ammar pantes juga jadi inyit pendahulu yakni Atu' Talenggang Langit 0_o
from instragram Adjie Pangestu |
Humbalang hanya sekali muncul di serial awal dalam novel berwujud Pak Tua. Sedangkan versi sinetron, diperankan Boy Hamzah juga masih muda dan menjalin hubungan dengan Farah [Aura Nabilla Izzathi]
Limbubu juga sekali muncul di awal serial dalam novel. Tapi di sinetron, Limbubu [Juan Christian Benedict] yang setia mendampingi langkah Karina menjadi pendekar adalah salah satu dari keempat Inyit muda.
Tokoh Dalip dan Hura Gatali versi novel diperankan sekaligus oleh tokoh Arsya [Leon Dozan] dalam sinetron.
3. Sosok harimau jadi-jadian di film adalah manusia bertubuh harimau sedangkan dalam novel dan sinetron berwujud seekor harimau. Tentunya visualnya dengan trik animasi modern.
4. Adanya tokoh siluman yang menjadi antagonisnya dalam versi sinetron.
-Berbeda dari novel, dimana Ki Rotan adalah manusia yang mempunyai ilmu hitam. Maka Ki Rotan dalam sinetron dijadikan siluman oleh Hangcinda.
-Tokoh siluman terkenal dalam sinetron itulah Ratu Hangcinda. Peran yang menunjukkan kepiawaian aktris peraih Piala Citra, Merriam Bellina. Dalam perannya tersebut, Meriam Bellina bermetamorfosa mulai dari siluman yang kecantikannya abadi, mengalami kebutaan karena mengganti matanya dengan mata buta Pitaloka untuk memata-matai para inyit, sampai menjadi ratu serigala.
-Siluman berikutnya yang menjadi kontroversi karena ada diantara Gumara dengan Pitaloka adalah anak Hangcinda, Putri Semindang Rindu [Cut Meyriska]
Lain dari sifat siluman, Rindu berhati baik hingga mengandung dan melahirkan batu kemuliaan. Batu yang diperebutkan oleh para siluman.
Inilah yang kusebut sebagai cerita ngayawara belaka.
Siluman termasuk golongan iblis dan sebangsanya. Hakikatnya berasal dari api. Bagaimanapun, yang beragama tentu menyadari bahwa bangsa iblis itu musuh manusia. Tidak bisa dijadikan kawan.
Nah, bagaimana kalau ada siluman yang perangainya baik melebihi hati manusia? Emang siluman punya hati, ya? Setetes pun tak punya apalagi segumpal Darah yang bernama hati...
Kembali ke pedoman kita yang beragama! Titik!
Jangan dibahas lagi!
Nah, bagaimana kalau ada siluman yang perangainya baik melebihi hati manusia? Emang siluman punya hati, ya? Setetes pun tak punya apalagi segumpal Darah yang bernama hati...
Kembali ke pedoman kita yang beragama! Titik!
Jangan dibahas lagi!
Tapi, apa siluman bisa dijadikan manusia? seperti Ki Rotan dan panglima Artaya yang mendapat tetesan darah suci dari Cempaka [Faza Nadhirah]?
Atau
Manusia dijadikan siluman? seperti Gumara yang mendapat stempel kerajaan siluman Hangcinda saat dinikahkan dengan Rindu gadungan?
Aku akan menjawab bahwa hakikat saripati tanah tentu berbeda dengan hakikat api. Api dan tanah tidak dapat tertukar karena dua hal tersebut berbeda.
Pohon salak akan berbuah salak dan tidak mungkin berbuah durian.
Apa mungkin rasa buah pisang ketuker dengan rasa buah nangka? Iyah, manusia tempat khilaf dan lupa jadi maklumin aja kalau ada yang salah ngebungkus snack-nya *haisyah
Sama hal yang mustahil air dan minyak bisa menyatu kecuali dengan perantara sabun. Dan aku pusing mengurai rumus kimianya. Coba tanyakan pada Pak Mara dan Pitaloka aja ya 0_o
Atau
Manusia dijadikan siluman? seperti Gumara yang mendapat stempel kerajaan siluman Hangcinda saat dinikahkan dengan Rindu gadungan?
Aku akan menjawab bahwa hakikat saripati tanah tentu berbeda dengan hakikat api. Api dan tanah tidak dapat tertukar karena dua hal tersebut berbeda.
Pohon salak akan berbuah salak dan tidak mungkin berbuah durian.
Apa mungkin rasa buah pisang ketuker dengan rasa buah nangka? Iyah, manusia tempat khilaf dan lupa jadi maklumin aja kalau ada yang salah ngebungkus snack-nya *haisyah
Sama hal yang mustahil air dan minyak bisa menyatu kecuali dengan perantara sabun. Dan aku pusing mengurai rumus kimianya. Coba tanyakan pada Pak Mara dan Pitaloka aja ya 0_o
Karena itulah novel serialnya patut menjadi tolok ukur.
Sayang, Novel karya Motinggo Busye menurutku kurang bijak memilih kata dalam bertutur mengingat latar belakang pendidikan sang penulis.
Dalam novel, dialek kedaerahan tidak terlihat bahkan aku mengira bahasa istilah yang dipakai adalah bahasa Jawa semisal dengan dipakainya nama Lading Ganda.
Justru dalam sinetron, beberapa pemain mencoba berdialek Sumatra. Yang kentara menggunakan dialek tersebut ada pemeran Rajo Langit, Humbalang, Limbubu, dan yang lain pemain figuran.
5. Kehadiran ibu Gumara, Ratih [Ratu Dewi Imasy], neneknya Gumara [Connie Sutedja], dan Ibu Pitaloka, Puspa [Sylvia Pudjoningsih] yang dalam novel hanya disebutkan saja.
6. Dunia Astral pada versi sinetron tak ada referensinya di novel.
Fenomena ini diperkenalkan di episode [kalau tidak salah] 75-76 dan atau 77-78 [16-17 Januari 2015] dimana Gumara menghilang yang ternyata berdua dengan Rindu terlempar ke astral oleh ulah Hangcinda.
Menggelitik juga dengan gambaran Gumara dan Pitaloka di masa depan di dunia astral yang ternyata hanya khayalan sepasang siluman Rindu dan Gora [Roger Danuarta].
Mana mungkin seorang Ratu Andalas memanggil suaminya yang Raja Andalas dengan sebutan 'Bang'?
Yang aku tau, raja dan ratu jaman dulu punya panggilan resmi Kakanda-Adinda.
Kalau di Jawa, yang aku baca pada cerita rakyat di kalawarti peninggalan yang dibuang sayang, sebutan untuk pasangan penguasa kedaton itu 'Kakangmas-Nimas' atau Diajeng. Untuk Diajeng, di jaman ini dipasangkan dengan Adimas ==> 'Dimas-Diajeng' dipakai untuk panggilan putra -putri berprestasi dalam pemilihan semisal duta pariwisata khususnya DIY, dan Jateng.
7. Adanya Cindaku yang menguasai wilayah gunung Kerinci mengadakan bedhamen dengan para Inyit Kumayan dan menjalin persahabatan.
Dan harimau hitam, diperkenalkan kemarin [ 02 Juni 2015, episode 304-305] yang menguasai daerah Gunung Patah Halu. Para pendekar dari gunung Patah ini berkonfrontasi dengan para Inyit Kumayan selain karena dendam masa lalu ternyata juga terkena hasutan Jelatang, utusan siluman Tebat Hijau sekaligus murid kepercayaan Puyang Maut.
Bacaanku untuk novel tak ada tuh... cindaku maupun harimau hitam, bahkan ada macan tutul di episode 179-180-an...
8. Inyit adalah yang ditetuakan di Kumayan versi sinetron.
Mengambil setting kekinian, jabatan Inyit seumur hidup dan sampai episode 469 [kemarin : 04 Oktober 2015] belum ada jabatan RT/RW layaknya di 'Tukang Bubur Naik Haji'
Seandainya ada pemilihan sebagai evaluasi berkala jadi berpikir 1000 kali memilih para Inyit lagi. Pasalnya melihat episode 467 dan berikutnya, para Inyit termasuk Pitaloka berama-ramai menyelamatkan Karina yang dibawa kabur Hangcinda. Mereka melupakan warga Kumayan yang rentan diserang. Hanya demi Karina seorang??? Sampai-sampai para warga harus meminta bantuan dari Ki Jagat yang pengembara dan Datuk Sancha [Rama Michael] yang besar kemungkinan punya maksud pada Pitaloka.
Memang apa yang kita pikir seumpama berada di posisi sebagai warga desa Kumayan biasa bukan anggota Inyit juga bukan keluarga Inyit???
Sayang, Novel karya Motinggo Busye menurutku kurang bijak memilih kata dalam bertutur mengingat latar belakang pendidikan sang penulis.
Dalam novel, dialek kedaerahan tidak terlihat bahkan aku mengira bahasa istilah yang dipakai adalah bahasa Jawa semisal dengan dipakainya nama Lading Ganda.
Justru dalam sinetron, beberapa pemain mencoba berdialek Sumatra. Yang kentara menggunakan dialek tersebut ada pemeran Rajo Langit, Humbalang, Limbubu, dan yang lain pemain figuran.
5. Kehadiran ibu Gumara, Ratih [Ratu Dewi Imasy], neneknya Gumara [Connie Sutedja], dan Ibu Pitaloka, Puspa [Sylvia Pudjoningsih] yang dalam novel hanya disebutkan saja.
6. Dunia Astral pada versi sinetron tak ada referensinya di novel.
Fenomena ini diperkenalkan di episode [kalau tidak salah] 75-76 dan atau 77-78 [16-17 Januari 2015] dimana Gumara menghilang yang ternyata berdua dengan Rindu terlempar ke astral oleh ulah Hangcinda.
Menggelitik juga dengan gambaran Gumara dan Pitaloka di masa depan di dunia astral yang ternyata hanya khayalan sepasang siluman Rindu dan Gora [Roger Danuarta].
Mana mungkin seorang Ratu Andalas memanggil suaminya yang Raja Andalas dengan sebutan 'Bang'?
Yang aku tau, raja dan ratu jaman dulu punya panggilan resmi Kakanda-Adinda.
Kalau di Jawa, yang aku baca pada cerita rakyat di kalawarti peninggalan yang dibuang sayang, sebutan untuk pasangan penguasa kedaton itu 'Kakangmas-Nimas' atau Diajeng. Untuk Diajeng, di jaman ini dipasangkan dengan Adimas ==> 'Dimas-Diajeng' dipakai untuk panggilan putra -putri berprestasi dalam pemilihan semisal duta pariwisata khususnya DIY, dan Jateng.
7. Adanya Cindaku yang menguasai wilayah gunung Kerinci mengadakan bedhamen dengan para Inyit Kumayan dan menjalin persahabatan.
Dan harimau hitam, diperkenalkan kemarin [ 02 Juni 2015, episode 304-305] yang menguasai daerah Gunung Patah Halu. Para pendekar dari gunung Patah ini berkonfrontasi dengan para Inyit Kumayan selain karena dendam masa lalu ternyata juga terkena hasutan Jelatang, utusan siluman Tebat Hijau sekaligus murid kepercayaan Puyang Maut.
Bacaanku untuk novel tak ada tuh... cindaku maupun harimau hitam, bahkan ada macan tutul di episode 179-180-an...
Di episode-episode berikutnya,
Karina didampingi Limbubu tengah berusaha mencari kitab ketiga. Dan
ternyata Pitaloka yang berhasil mendapatkannya.
8. Inyit adalah yang ditetuakan di Kumayan versi sinetron.
Mengambil setting kekinian, jabatan Inyit seumur hidup dan sampai episode 469 [kemarin : 04 Oktober 2015] belum ada jabatan RT/RW layaknya di 'Tukang Bubur Naik Haji'
Seandainya ada pemilihan sebagai evaluasi berkala jadi berpikir 1000 kali memilih para Inyit lagi. Pasalnya melihat episode 467 dan berikutnya, para Inyit termasuk Pitaloka berama-ramai menyelamatkan Karina yang dibawa kabur Hangcinda. Mereka melupakan warga Kumayan yang rentan diserang. Hanya demi Karina seorang??? Sampai-sampai para warga harus meminta bantuan dari Ki Jagat yang pengembara dan Datuk Sancha [Rama Michael] yang besar kemungkinan punya maksud pada Pitaloka.
Memang apa yang kita pikir seumpama berada di posisi sebagai warga desa Kumayan biasa bukan anggota Inyit juga bukan keluarga Inyit???
Ughft!? Semoga gambaran penguasa yang sedemikian hanya ada di sinetron >_<
Berharap bahwa para jajaran petinggi di negara kita lebih mengutamakan kepentingan rakyat daripada anggota keluarga atau segelintir orang saja@_@
Berharap bahwa para jajaran petinggi di negara kita lebih mengutamakan kepentingan rakyat daripada anggota keluarga atau segelintir orang saja
Pencritaan Tokoh
- Ada aja untuk menaikkan rating tayangan ini.
Yang kulihat paling aktif ng-update mulai dari promo tayang sampai foto-foto saat break di lokasi syuting di timeline twitter-nya adalah Neng Ochi. Ya haruslah! Pemeran utama gitu loh 0_o disusul Ranty, Samuel Zlygwyn, Ammar, juga Aura
Yang paling heboh dengan banyaknya netizen ngasih komen pada foto berjudul 'Sleeping Beauty' ala pemain Farah, Karina, dan Ratna di akun instagram-nya Nanaz, adiknya Raffi Ahmad itu.
Ya.. Iya.. Pemain Pitaloka juga pernah beradegan sleeping beauty. Bahkan adegan Rindu berada di dalam peti mati dan didandanin. Owh! Termasuk sleeping beauty nggak ya 0_o
Mengingat para pemain yang diantaranya berstatus pelajar, ada gosip yang tidak mengenakkan tentang 'kecelakaan' dalam scene pemberian nafas buatan Gumara untuk Pitaloka *info Tabloid Bintang Indonesia on line* plus related post-nya
Bravo buat kru Sinemart, karena pengalaman tersebut di episode berikutnya ada bumbung atau selang dan air untuk upaya pemberian nafas buatan ala Limbubu o_0
Seru juga dengan video pintar B612 ala pemeran Gumara-Pitaloka- Karina
***
google image |
Gumara menjadi tokoh sentral dalam sinetron sedangkan Pitaloka yang menjadi pusaran cerita dalam novel.
Berikut serial 7 Manusia Harimau yang sebagian bisa langsung diklik kalau ingin baca. Di Goodreads, ada delapan serial sedangkan menurut Ki Ronggolawe dalam blognya ada sepuluh jilid yang masih berlanjut dengan serial Harimau Putih:
Berikut serial 7 Manusia Harimau yang sebagian bisa langsung diklik kalau ingin baca. Di Goodreads, ada delapan serial sedangkan menurut Ki Ronggolawe dalam blognya ada sepuluh jilid yang masih berlanjut dengan serial Harimau Putih:
Menceritakan kedatangan Gumara di desa Kumayan dalam tugasnya menjadi guru mata pelajaran matematika di SMP Kayuliman dan akhirnya pindah tugas di SMA Kayuliman.
Dalam sinetron, Gumara menjadi guru SMA. Bukan tanpa maksud ia pergi ke Kumayan. Disanalah kampung halaman nenek moyangnya. Ia berniat mencari bibit unggul yang dijadikan ilmuwan dan sarjana.
Para sesepuh Kumayan memprediksikan Gumara adalah harimau ketujuh yang dinanti dengan menilik tindakannya bertamu untuk yang pertama kali ke rumah Ki Lebai Karat [Adjie Pangestu] guna meminta ijin sebagai warga Kumayan yang baru.
Ia mendapat cobaan dari Ki Lading Ganda dan terkena fitnah hingga mendekam di sel tahanan meski untuk beberapa saat.
Gumara dicintai oleh dua muridnya yang dikenal paling cantik di Kumayan, Harwati dan Pitaloka. Keduanya merebut perhatian Gumara dengan cara yang berbeda. Harwati dengan kepandaiannya menguasai ilmu ghaib sedangkan Pitaloka dengan kepintarannya dalam ilmu matematika.
Jika dalam film dan sinetron, Gumara ingin melamar Harwati [=Karina] karena kena pelet. Dalam novel, Gumara memiliki alasan melamar Harwati untuk membalas budi bukan karena jatuh cinta. Harwati yang selalu hadir dan mendampingi sejak awal dia mendapat masalah di Kumayan. Sebenarnya Harwati berkeinginan mengikat Gumara dengan mantera asmara. Sayang, dia belum menguasai dan gagal ketika berniat mencuri ilmu tersebut di ruang penyimpanan rahasia milik ayahnya. Harwati malah terkena gigitan kelabang hitam yang ditugaskan menjaga.
Ada rasa lega begitu Gumara mengetahui Harwati ternyata saudaranya yang seayah.
Serial 'Pantang Berdendam' mengisi episode 1-7 versi sinetron dan menjadi durasi kurleb satu jam 38 menit dalam film meski ada beberapa baris kalimat dalam novel yang dihilangkan. Akhir film tersebut perginya Harwati karena mengetahui dirinya saudara seayah dengan Gumara. Dan bergabungnya harimau ketujuh dengan enam harimau yang lain.
Yang menyenangkan, cinta Gumara dan Pitaloka bertaut.
Tokoh Gumara dalam novel digambarkan rendah hati. Tidak menampakkan ilmu Inyit-nya kecuali dalam keadaan darurat.
Dalam sinetron, Gumara seiring pengalamannya di desa Kumayan menyadari sepenuhnya dengan kekuatan pada dirinya lalu menempatkan diri sebagai penjaga Kumayan.
Menolong adalah tugasnya yang kadang bikin orang lain berprasangka, termasuk Pitaloka.
Dari runtutan serial berikutnya, dapat ditebak-tebak ceritanya mengenai Pitaloka yang pergi dari Kumayan karena merasa malu tengah berguru pada Datuk Tunggal.
Luapan kesedihan, malu dan marah Pitaloka bukan hanya cinta Gumara yang dikiranya pada Harwati semata tetapi juga karena penolakan Gumara atas permintaan langsung dari Ki Putih Kelabu untuk memperistrinya.
Sebenarnya Pitaloka dengan rasa cintanya yang seakan tak berbalas ingin berguru pada harimau ke-19. Angka tertinggi yang pernah diajarkan Gumara di kelasnya. Yang menurut Gumara merupakan pilar tertinggi dari semua angka dan tidak bisa dibagi. Angka yang dijelaskan dalam sinetron itu ada pada surat QS. Al Mudastiir
Setelah dia sempat memantrai Gumara dengan merajuk pada Sang Ayah karena kekesalannya pada penolakan Gumara.
Pitaloka sempat berguru pada Datuk Tunggal, Ki Surya Pinanti, dan Ki Ibrahim Arkam.
Pitaloka culas dan judes, jika berkata melukai orang. Aku merasa tersindir sebab kalau sudah marah dan dikecewakan, ngomongnya enggak pake tedeng aling-aling.
Dalam sinetron lebih-lebih, Pitaloka seperti yang dikatakan Gumara berwatak kerasa kepala. Ia mudah tersinggung jika kepentingannya terusik.
Tanpa sepengetahuannya, Pitaloka dilindungi Datuk Tunggal [Willy Dozan] dalam perjalanannya menuju Bukit Tunggal namun tidak berguru padanya melainkan pada Ki Tan'asma yang menemuinya secara khusus.
Harwati berguru pada Ki Rotan yang berilmu hitam. Karena watak Harwati yang serakah, perangainya membuatnya durhaka pada guru yang telah mengajarinya.
Dalam sinetron, Harwati alias Karina itu keras kepala. Mengetahui Pitaloka menuntut ilmu dan menjadi sakti, ia pun ikut berguru pula. Bukan berguru pada Ki Rotan seperti dalam novel tapi pada Datuk Tunggal
Mengisahkan Pitaloka yang mengasingkan diri di Gua Lebah sambil memperdalam ilmu yang telah ia dapatkan. Di gua ini ia menjinakkan lebah. Pitaloka masih berstatus pelajar SMP yang mangkir selama tiga tahun dari bangku sekolahnya. Ia bisa mengobati hanya dengan menggosokkan ibu jari ke langit-langit mulutnya lalu mengoleskan liur di jempol itu pada permukaan yang sakit.
Harwati menemui Pitaloka di gua ini untuk berguru lalu memberontak dan melarikan diri ke bukit Tunggal.
Dalam sinetron, sepertinya serial ini dilampaui tapi episode kemarin malam [202-203 / 05 April 2015] dimana Pitaloka mengangkat Dasa Laksana [Anthoni Xie] menjadi muridnya merupakan bagian dari cerita 'Misteri Tirai Setanggi'.
Ada yang mengganjal juga. Keliatannya tidak konsisten dengan kisah sebelumnya mengingat Gumara yang bisa menggandakan diri tidak menggunakan kemampuan ilmunya tersebut sehingga tidak seharusnya ia mengecewakan Pitaloka yang ikut serta olimpiade matematika hanya karena ingin menolong keselamatan Rindu.
Satu lagi, leluhur yang hanya dilihat oleh Datuk Tunggal dan harimau ketujuh, mosok!? Dasa yang baru menginjakkan kakinya di desa Kumayan malah mampu melihat leluhur yang muncul di hadapan Pitaloka saat mempelajari kitab tujuh? Padahal Inyit muda lain selain harimau ketujuh tak mampu melihat para leluhurnya?
Terus, Kenapa Pitaloka harus memanas-manasi Gumara dengan dekat pada lelaki lain? Apa nggak ada cara lain? Yang lebih terhormat gitu? Kalau itu dilakukan demi harga diri lantas harga diri yang mana, ya? Halah... namanya juga ala sinetron 0_o
Kalau dalam novel, Pitaloka tegas mengambil sikap sampai kehilangan ilmunya dan lenyaplah tirai setanggi yang rahasia di sebaliknya telah diketahui oleh Gumara.
Dalam versi sinetron, hanya kitab ketujuh dari awal-awal sudah ditampilkan.
Dalam sinetron, Gumara menjadi guru SMA. Bukan tanpa maksud ia pergi ke Kumayan. Disanalah kampung halaman nenek moyangnya. Ia berniat mencari bibit unggul yang dijadikan ilmuwan dan sarjana.
Para sesepuh Kumayan memprediksikan Gumara adalah harimau ketujuh yang dinanti dengan menilik tindakannya bertamu untuk yang pertama kali ke rumah Ki Lebai Karat [Adjie Pangestu] guna meminta ijin sebagai warga Kumayan yang baru.
Ia mendapat cobaan dari Ki Lading Ganda dan terkena fitnah hingga mendekam di sel tahanan meski untuk beberapa saat.
Gumara dicintai oleh dua muridnya yang dikenal paling cantik di Kumayan, Harwati dan Pitaloka. Keduanya merebut perhatian Gumara dengan cara yang berbeda. Harwati dengan kepandaiannya menguasai ilmu ghaib sedangkan Pitaloka dengan kepintarannya dalam ilmu matematika.
Jika dalam film dan sinetron, Gumara ingin melamar Harwati [=Karina] karena kena pelet. Dalam novel, Gumara memiliki alasan melamar Harwati untuk membalas budi bukan karena jatuh cinta. Harwati yang selalu hadir dan mendampingi sejak awal dia mendapat masalah di Kumayan. Sebenarnya Harwati berkeinginan mengikat Gumara dengan mantera asmara. Sayang, dia belum menguasai dan gagal ketika berniat mencuri ilmu tersebut di ruang penyimpanan rahasia milik ayahnya. Harwati malah terkena gigitan kelabang hitam yang ditugaskan menjaga.
Ada rasa lega begitu Gumara mengetahui Harwati ternyata saudaranya yang seayah.
Serial 'Pantang Berdendam' mengisi episode 1-7 versi sinetron dan menjadi durasi kurleb satu jam 38 menit dalam film meski ada beberapa baris kalimat dalam novel yang dihilangkan. Akhir film tersebut perginya Harwati karena mengetahui dirinya saudara seayah dengan Gumara. Dan bergabungnya harimau ketujuh dengan enam harimau yang lain.
Yang menyenangkan, cinta Gumara dan Pitaloka bertaut.
Tokoh Gumara dalam novel digambarkan rendah hati. Tidak menampakkan ilmu Inyit-nya kecuali dalam keadaan darurat.
Dalam sinetron, Gumara seiring pengalamannya di desa Kumayan menyadari sepenuhnya dengan kekuatan pada dirinya lalu menempatkan diri sebagai penjaga Kumayan.
Menolong adalah tugasnya yang kadang bikin orang lain berprasangka, termasuk Pitaloka.
- Gadis Sakti
Dari runtutan serial berikutnya, dapat ditebak-tebak ceritanya mengenai Pitaloka yang pergi dari Kumayan karena merasa malu tengah berguru pada Datuk Tunggal.
Luapan kesedihan, malu dan marah Pitaloka bukan hanya cinta Gumara yang dikiranya pada Harwati semata tetapi juga karena penolakan Gumara atas permintaan langsung dari Ki Putih Kelabu untuk memperistrinya.
Sebenarnya Pitaloka dengan rasa cintanya yang seakan tak berbalas ingin berguru pada harimau ke-19. Angka tertinggi yang pernah diajarkan Gumara di kelasnya. Yang menurut Gumara merupakan pilar tertinggi dari semua angka dan tidak bisa dibagi. Angka yang dijelaskan dalam sinetron itu ada pada surat QS. Al Mudastiir
Setelah dia sempat memantrai Gumara dengan merajuk pada Sang Ayah karena kekesalannya pada penolakan Gumara.
Pitaloka sempat berguru pada Datuk Tunggal, Ki Surya Pinanti, dan Ki Ibrahim Arkam.
Pitaloka culas dan judes, jika berkata melukai orang. Aku merasa tersindir sebab kalau sudah marah dan dikecewakan, ngomongnya enggak pake tedeng aling-aling.
Dalam sinetron lebih-lebih, Pitaloka seperti yang dikatakan Gumara berwatak kerasa kepala. Ia mudah tersinggung jika kepentingannya terusik.
Tanpa sepengetahuannya, Pitaloka dilindungi Datuk Tunggal [Willy Dozan] dalam perjalanannya menuju Bukit Tunggal namun tidak berguru padanya melainkan pada Ki Tan'asma yang menemuinya secara khusus.
- Murid Durhaka
Harwati berguru pada Ki Rotan yang berilmu hitam. Karena watak Harwati yang serakah, perangainya membuatnya durhaka pada guru yang telah mengajarinya.
Dalam sinetron, Harwati alias Karina itu keras kepala. Mengetahui Pitaloka menuntut ilmu dan menjadi sakti, ia pun ikut berguru pula. Bukan berguru pada Ki Rotan seperti dalam novel tapi pada Datuk Tunggal
Mengisahkan Pitaloka yang mengasingkan diri di Gua Lebah sambil memperdalam ilmu yang telah ia dapatkan. Di gua ini ia menjinakkan lebah. Pitaloka masih berstatus pelajar SMP yang mangkir selama tiga tahun dari bangku sekolahnya. Ia bisa mengobati hanya dengan menggosokkan ibu jari ke langit-langit mulutnya lalu mengoleskan liur di jempol itu pada permukaan yang sakit.
Harwati menemui Pitaloka di gua ini untuk berguru lalu memberontak dan melarikan diri ke bukit Tunggal.
Dalam sinetron, sepertinya serial ini dilampaui tapi episode kemarin malam [202-203 / 05 April 2015] dimana Pitaloka mengangkat Dasa Laksana [Anthoni Xie] menjadi muridnya merupakan bagian dari cerita 'Misteri Tirai Setanggi'.
Ada yang mengganjal juga. Keliatannya tidak konsisten dengan kisah sebelumnya mengingat Gumara yang bisa menggandakan diri tidak menggunakan kemampuan ilmunya tersebut sehingga tidak seharusnya ia mengecewakan Pitaloka yang ikut serta olimpiade matematika hanya karena ingin menolong keselamatan Rindu.
Satu lagi, leluhur yang hanya dilihat oleh Datuk Tunggal dan harimau ketujuh, mosok!? Dasa yang baru menginjakkan kakinya di desa Kumayan malah mampu melihat leluhur yang muncul di hadapan Pitaloka saat mempelajari kitab tujuh? Padahal Inyit muda lain selain harimau ketujuh tak mampu melihat para leluhurnya?
Terus, Kenapa Pitaloka harus memanas-manasi Gumara dengan dekat pada lelaki lain? Apa nggak ada cara lain? Yang lebih terhormat gitu? Kalau itu dilakukan demi harga diri lantas harga diri yang mana, ya? Halah... namanya juga ala sinetron 0_o
Kalau dalam novel, Pitaloka tegas mengambil sikap sampai kehilangan ilmunya dan lenyaplah tirai setanggi yang rahasia di sebaliknya telah diketahui oleh Gumara.
Dalam versi sinetron, hanya kitab ketujuh dari awal-awal sudah ditampilkan.
Kitab tujuh telah menjadi bagian hidup sejak Gumara masih kecil. Kitab tujuh selalu membersamainya dan mendapatkan warisan ilmu inyit langsung
dari para leluhurnya dengan membacanya. Gumara telah menguasai ilmu
tersebut sehingga mampu menjelma sebagai sosok harimau putih.
Dan dalam mimpinya, Gumara mengetahui bahwa kitab tujuh tersebut ada tujuh. Gumara diberitau kalau wanita yang menjadi istrinya adalah pemilik kitab tujuh yang sebenarnya. Dan hanya Pitaloka secara tidak sengaja bisa membuka kitab tujuh tersebut sekaligus mempelajarinya ketika kitab itu dipinjam Humbalang dari Gumara yang lenyap secara misterius, tahu-tahu sudah berada di kamar Pitaloka.
Dan dalam mimpinya, Gumara mengetahui bahwa kitab tujuh tersebut ada tujuh. Gumara diberitau kalau wanita yang menjadi istrinya adalah pemilik kitab tujuh yang sebenarnya. Dan hanya Pitaloka secara tidak sengaja bisa membuka kitab tujuh tersebut sekaligus mempelajarinya ketika kitab itu dipinjam Humbalang dari Gumara yang lenyap secara misterius, tahu-tahu sudah berada di kamar Pitaloka.
Padahal ilmu harimau putih dalam novel, baru dimiliki oleh keturunan
Pitaloka dengan Gumara. Yang paling sakti diantara ilmu harimau yang
telah ada. Reply dari ki Ronggolawe di blognya sih Pitaloka dan Gumara nantinya menikah dan melahirkan tujuh harimau emas...
Kitab tujuh turun kepada Pitaloka lewat laku tapa di Lembah Bidadari. Enam kitab lain dikiranya turun pada keenam muridnya. Enam murid yang diambilnya dari 11 remaja buntung akibat ulah mursal Dasa Laksana. Tapi akhirnya ia merasa yakin keenamnya turun pada Gumara. Pitaloka menyerahkan kitab tujuh pada Gumara karena merasa gurunya itu yang lebih berhak.
Selebihnya, cerita yang berkembang di sinetron berbeda dengan serial novelnya.
Menurutku menyimpang meski tidak sepenuhnya keluar dari ide pokok dalam susunan alur cerita tiap serialnya.
0_o
seperti aturan 'Kitab Tujuh' yang memiliki tatanan sendiri untuk
membacanya. Sesuai petunjuk yang ada di serial 'Pendekar Wanita Buta'
Sedangkan dalam versi sinetron, Pitaloka buta terkena serbuk hitam ketika ia membantu Karina yang tengah menjadi sasaran keroyokan dari Jelatang dan Datuk Muka.
Dalam keadaan buta, Pitaloka belajar menguasai ilmu olah batin. Mempertajam rasa yang menjadi kelebihannya. Melalui takwil mimpi untuk berusaha membangunnya menjadi nyata bertemu dengan tujuh harimau yang sebenarnya.
Yang pertama adalah Ki Surya Pinanti dimana Pitaloka telah berguru padanya. Berarti Pitaloka telah menguasai kitab yang pertama.
Yang ketujuh adalah Ki Tunggal yang menguasai kawasan Lembah Surya Mulih adalah sebenar-benarnya dan bukan penguasa bukit Tunggal yang berpantang memakai namanya dan pantang beristri. Dari Ki Tunggal Surya Mulih ini, Pitaloka mengetahui hikayat raja -raja pendekar termasuk riwayat mengenainya dan Gumara.
Gumara sendiri mencoba menyusun kunci dari kitab tujuh yang ada padanya, belum berhasil memecahkan teka-teki mengenai Lembah Surya Mulih. Justru ia yang membantu Pitaloka dalam menyusuri Lembah Suliram karena getaran yang mengikat hatinya.
Setelah melewati rintangan, Pitaloka memasuki lembah Suliram yang sebenarnya searah barisan semut hitam. Bertemu dengan Ki Madu Prakasa yang merupakan harimau keenam.
Sepulangnya, Pitaloka bertemu dengan Ki Jengger, harimau ketiga yang memberinya kalung permata hijau. Kemudian bertemu dengan Gumara yang telah mendapat kalung mutiara hitam tanpa sengaja setelah membunuh Ki Rotan di lembah Suliram, yang penuh batu lancip di dasarnya.
Ki Surya Pinanti, Ki Ca Hya, Ki Jengger, Ki Madu Prakarsa, Ki Tunggal Surya Mulih lima harimau ini tidak atau mungkin belum ditampilkan dalam sinetron. Dan Ki Lading Ganda ternyata bukan dari keturunan manusia harimau melainkan mendapat ilmu dari Kitab Tujuh yang palsu.
Di sinetron, Rajo Langit terkena gigitan serigala yang bisa saja berakibat berubah menjadi siluman serigala.
Dua keturunan harimau yang sejati adalah penduduk Kumayan yakni ayah Gumara dan Ki Putih Kelabu, ayah Pitaloka. Sigit Hartadi yang memerankannya di sinetron.
Versi novel, Ki Lebai Karat yang punya nama kecil 'Lele' wafat setelah menurunkan ilmunya pada pewarisnya, yakni Gumara putranya. Sedangkan ki Putih Kelabu yang julukan kecilnya 'Pesut' karena masih ingin hidup, menurunkan ilmunya pada orang lain yang bukan dari garis keturunannya. Diantaranya dokter Khadir, pemuda yang ditugaskan di Kumayan dan Dasa Laksana.
Akhir dari serial ini adalah menghilangnya Pitaloka beserta kalung permata hijaunya yang dilemparnya jauh tinggi ke langit hingga seperti kilatan bintang jatuh lantas berkelip dan lenyap karena kebencian akibat rasa cintanya. Pitaloka, dengan kalung mutiara hijaunya mampu mengobati penyakit gilanya Harwati sehingga kalung mutiara hitam akan bertuah menyembuhkan kebutaannya. Namun, ia tak sudi mengobati Harwati. Tak bukan selain rasa cemburu karena Gumara sendiri yang memintanya mengobati Harwati.
Yang dimaksud pendekar edan adalah Harwati yang mengabaikan larangan memasuki Gua Suliram karena menuruti firasat dalam mimpinya. Mimpi yang dipengaruhi iblis. Sebelumnya, Ki Lading Ganda memasuki gua itu dan menjadi gila karena tidak mampu menembus pagar gaib yang mengepungnya saat berusaha memasuki gua Suliram. Padahal untuk mencapai jalan masuk ke gua yang berada di dinding tebing harus mempertaruhkan nyawa.
Pagar gaib itu hanya bisa ditembus oleh ilmu yang mumpuni.
Harwati yang edan dijadikan kambing hitam oleh perguruan Ki Kembar. Perguruan Ki Kembar memiliki ilmu yang aneh dengan menculik bayi lalu memakan otaknya. Sebenarnya, bayi yang dicari adalah bayi perempuan kembar untuk diasuh dan dijadikan istri.
Barulah diketahui, bahwa Harwati gila untuk mendapatkan ngelmu yang bersih. Membersihkan ilmu hitam yang merasukinya dan memperbaiki kesalahannya.
Jadi, Harwati menjalani laku ngedan bukannya jadi gila akibat dari mempelajari ilmu.
Pitaloka meneruskan pencariannya dengan mempertajam ilmu batin pada Ki Ca Hya, pemilik ilmu harimau tertinggi. Dengan penguasaan wisik, Pitaloka mampu menghubungi seseorang yang jauh jaraknya tanpa batas. Tentu saja kepada orang yang mempunyai ilmu yang sama pula.
Di dalam serial ini, Dasa Laksana kedua yang berguru pada Ki Putih Kelabu berbeda dengan Dasa Laksana pertama. Meskipun kehadirannya karena perintah Dasa Laksana pertama. Ternyata Gumara telah mengenalnya sebagai kawan bernama 'Yoga Laksana'.
Dasa Laksana dikisahkan lebih tampan dari Gumara. Dasa Laksana memegang amanat dari gurunya mengawal Pitaloka pulang selamat ke Kumayan dan mengartikannya sebagai isyarat akan dijadikan anak mantu.
Tetapi Pitaloka telah menentukan sikapnya dan diketahui pula oleh sang ayah. Karena keputusannya tersebut, Pitaloka baru ngeh, merasa kehilangan dan mulai berusaha mencari-cari kalung permata hijaunya.
Ki Putih Kelabu akhirnya menyarankan muridnya untuk mengambil langkah lain untuk meninggalkan Pitaloka menjalani laku sendirian sehingga tidak menganggu perjalanannya. Gurunya itu menyarankan untuk membersamai wanita yang lebih membutuhkannya dan berharap lebih padanya.
Gumara sendiri meningkatkan ilmu keenam pemuda buntung yang sempat diperdayai Harwati dan melepaskan mereka dari pengaruh Dasa Laksana pertama. Rupanya ia tetap memantau apa yang terjadi pada diri Pitaloka dimanapun ia berada.
Di perjalanannya, Dasa Laksana kedua mulai membuka hati dan menyadari apa yang dialaminya adalah suratan takdir untuknya.
Ehm! Yang sudah baca serial ini pasti tahu Dasa Laksana kedua mengimbangi cinta pada siapa ^_^
Dia yang berhasil membunuh Dasa Laksana pertama dengan salah satu pedang kembar Surandar sedang kembaran pedangnya digunakan Dasa Laksana kedua ini untuk melawan Nyi Kembar.
Dalam serial ini, cambuk berasap milik Pitaloka dan pedang kembar surandar milik Harwati yang bertarung antara menang-kalah dan hidup atau mati akhirnya diwarisi oleh dua dari enam pemuda buntung yang saat itu dalam bimbingan Gumara. Demi cintanya pada Pitaloka dan rasa kasih pada adiknya, Gumara terlupa akan petuah larangan untuk tidak ikut campur dalam pertarungan tersebut hingga bisa berakibat fatal.
7 --> 1 --> 6 -->2 --> 5 --> 3 --> 4
Kunci
ilmu Kitab Tujuh adalah cara membacanya yang dimulai dari kitab yang
ketujuh, berurutan kemudian kitab petama, setelah itu kitab keenam,
diteruskan kitab kedua, lanjut kitab kelima, lalu kitab ketiga. Pelajaran terakhir ada pada kitab keempat.
Satu serial yang belum diangkat atau mungkin tidak akan pernah ada dalam versi sinetron
Aji Mlati adalah seorang remaja cucu Ki Ca Hya keturunan Tionghoa yang diasuh Pitaloka lalu diculik darinya oleh kakeknya sendiri. Ketika itu Pitaloka sedang menimba ilmu di padepokan Ki Surya Pinanti.
Aji Mlati diajari ilmu warisan nenek moyang di bawah pengawasan utusan kakeknya, Pungguh Tolol. Pemuda dungu tapi berilmu tinggi karena suka mencuri ilmu dari kitab-kitab yang dijaganya di padepokan Ki Ca Hya.
Aji Mlati yang punya warisan Pedang Tien Yuan [= Kebun bunga] diculik pendekar iblis yang menginginkan pedang tersebut. Pungguh Tolol yang menyelamatkan bersama lima murid pilihan Ki Ca Hya.
Selepas dari tangkapan Iblis, pedang Tien Yuan dilarikan Harwati dari tangan Aji Mlati. Karena bukan pemiliknya, pedang Tien Yuan membuat Harwati mendapat masalah. Lalu, dengan siasat liciknya pada Ki Ca Hya, Harwati berhasil mencuri pedang mawar berduri dengan menukarkannya dengan pedang tien yuan.
Harwati kembali mendapat masalah dengan pedang yang meskipun sangat sakti namun belum ia kuasai.
Dengan pedang mawar berduri di tangan, Harwati memperdayai Aji Mlati dan Pungguh Tolol. Harwati mengatakan bahwa pedang itu pemberian langsung dari Ki Ca Hya dan membawa keduanya membuat huru-hara di desa-desa hingga bertemu dengan Suhu Elang. Karena Harwati pusing dan tidak menguasai pedangnya maka diserahkan pada Aji Mlati.
Dengan pedang mawar berduri di tangan, Aji Mlati melawan pedang cocor elang. Bukan kedua orang yang bertempur mengingat Aji Mlati hanya mempertahankan pedang sakti tersebut ditangannya agar terhindar dari tangan jahat yang menyalahgunakan kesaktian pedang mawar berduri. Sedangkan, Suhu elang hanya mempertahankan harga diri dan membalas kematian murid-muridnya.
Pitaloka hadir untuk melerai kedua pedang yang berseteru tersebut sekaligus mengembalikan pedang mawar berduri ke tempatnya.
Pitaloka buta karena kuku Gumara dan hanya sebelah kanan saja. Cerita ini ada di dalam novel serial Kitab TujuhSatu serial yang belum diangkat atau mungkin tidak akan pernah ada dalam versi sinetron
Aji Mlati adalah seorang remaja cucu Ki Ca Hya keturunan Tionghoa yang diasuh Pitaloka lalu diculik darinya oleh kakeknya sendiri. Ketika itu Pitaloka sedang menimba ilmu di padepokan Ki Surya Pinanti.
Aji Mlati diajari ilmu warisan nenek moyang di bawah pengawasan utusan kakeknya, Pungguh Tolol. Pemuda dungu tapi berilmu tinggi karena suka mencuri ilmu dari kitab-kitab yang dijaganya di padepokan Ki Ca Hya.
Aji Mlati yang punya warisan Pedang Tien Yuan [= Kebun bunga] diculik pendekar iblis yang menginginkan pedang tersebut. Pungguh Tolol yang menyelamatkan bersama lima murid pilihan Ki Ca Hya.
Selepas dari tangkapan Iblis, pedang Tien Yuan dilarikan Harwati dari tangan Aji Mlati. Karena bukan pemiliknya, pedang Tien Yuan membuat Harwati mendapat masalah. Lalu, dengan siasat liciknya pada Ki Ca Hya, Harwati berhasil mencuri pedang mawar berduri dengan menukarkannya dengan pedang tien yuan.
Harwati kembali mendapat masalah dengan pedang yang meskipun sangat sakti namun belum ia kuasai.
Dengan pedang mawar berduri di tangan, Harwati memperdayai Aji Mlati dan Pungguh Tolol. Harwati mengatakan bahwa pedang itu pemberian langsung dari Ki Ca Hya dan membawa keduanya membuat huru-hara di desa-desa hingga bertemu dengan Suhu Elang. Karena Harwati pusing dan tidak menguasai pedangnya maka diserahkan pada Aji Mlati.
Dengan pedang mawar berduri di tangan, Aji Mlati melawan pedang cocor elang. Bukan kedua orang yang bertempur mengingat Aji Mlati hanya mempertahankan pedang sakti tersebut ditangannya agar terhindar dari tangan jahat yang menyalahgunakan kesaktian pedang mawar berduri. Sedangkan, Suhu elang hanya mempertahankan harga diri dan membalas kematian murid-muridnya.
Pitaloka hadir untuk melerai kedua pedang yang berseteru tersebut sekaligus mengembalikan pedang mawar berduri ke tempatnya.
Sedangkan dalam versi sinetron, Pitaloka buta terkena serbuk hitam ketika ia membantu Karina yang tengah menjadi sasaran keroyokan dari Jelatang dan Datuk Muka.
Dalam keadaan buta, Pitaloka belajar menguasai ilmu olah batin. Mempertajam rasa yang menjadi kelebihannya. Melalui takwil mimpi untuk berusaha membangunnya menjadi nyata bertemu dengan tujuh harimau yang sebenarnya.
Yang pertama adalah Ki Surya Pinanti dimana Pitaloka telah berguru padanya. Berarti Pitaloka telah menguasai kitab yang pertama.
Yang ketujuh adalah Ki Tunggal yang menguasai kawasan Lembah Surya Mulih adalah sebenar-benarnya dan bukan penguasa bukit Tunggal yang berpantang memakai namanya dan pantang beristri. Dari Ki Tunggal Surya Mulih ini, Pitaloka mengetahui hikayat raja -raja pendekar termasuk riwayat mengenainya dan Gumara.
Gumara sendiri mencoba menyusun kunci dari kitab tujuh yang ada padanya, belum berhasil memecahkan teka-teki mengenai Lembah Surya Mulih. Justru ia yang membantu Pitaloka dalam menyusuri Lembah Suliram karena getaran yang mengikat hatinya.
Setelah melewati rintangan, Pitaloka memasuki lembah Suliram yang sebenarnya searah barisan semut hitam. Bertemu dengan Ki Madu Prakasa yang merupakan harimau keenam.
Sepulangnya, Pitaloka bertemu dengan Ki Jengger, harimau ketiga yang memberinya kalung permata hijau. Kemudian bertemu dengan Gumara yang telah mendapat kalung mutiara hitam tanpa sengaja setelah membunuh Ki Rotan di lembah Suliram, yang penuh batu lancip di dasarnya.
Ki Surya Pinanti, Ki Ca Hya, Ki Jengger, Ki Madu Prakarsa, Ki Tunggal Surya Mulih lima harimau ini tidak atau mungkin belum ditampilkan dalam sinetron. Dan Ki Lading Ganda ternyata bukan dari keturunan manusia harimau melainkan mendapat ilmu dari Kitab Tujuh yang palsu.
Di sinetron, Rajo Langit terkena gigitan serigala yang bisa saja berakibat berubah menjadi siluman serigala.
Dua keturunan harimau yang sejati adalah penduduk Kumayan yakni ayah Gumara dan Ki Putih Kelabu, ayah Pitaloka. Sigit Hartadi yang memerankannya di sinetron.
Versi novel, Ki Lebai Karat yang punya nama kecil 'Lele' wafat setelah menurunkan ilmunya pada pewarisnya, yakni Gumara putranya. Sedangkan ki Putih Kelabu yang julukan kecilnya 'Pesut' karena masih ingin hidup, menurunkan ilmunya pada orang lain yang bukan dari garis keturunannya. Diantaranya dokter Khadir, pemuda yang ditugaskan di Kumayan dan Dasa Laksana.
Akhir dari serial ini adalah menghilangnya Pitaloka beserta kalung permata hijaunya yang dilemparnya jauh tinggi ke langit hingga seperti kilatan bintang jatuh lantas berkelip dan lenyap karena kebencian akibat rasa cintanya. Pitaloka, dengan kalung mutiara hijaunya mampu mengobati penyakit gilanya Harwati sehingga kalung mutiara hitam akan bertuah menyembuhkan kebutaannya. Namun, ia tak sudi mengobati Harwati. Tak bukan selain rasa cemburu karena Gumara sendiri yang memintanya mengobati Harwati.
Yang dimaksud pendekar edan adalah Harwati yang mengabaikan larangan memasuki Gua Suliram karena menuruti firasat dalam mimpinya. Mimpi yang dipengaruhi iblis. Sebelumnya, Ki Lading Ganda memasuki gua itu dan menjadi gila karena tidak mampu menembus pagar gaib yang mengepungnya saat berusaha memasuki gua Suliram. Padahal untuk mencapai jalan masuk ke gua yang berada di dinding tebing harus mempertaruhkan nyawa.
Pagar gaib itu hanya bisa ditembus oleh ilmu yang mumpuni.
Harwati yang edan dijadikan kambing hitam oleh perguruan Ki Kembar. Perguruan Ki Kembar memiliki ilmu yang aneh dengan menculik bayi lalu memakan otaknya. Sebenarnya, bayi yang dicari adalah bayi perempuan kembar untuk diasuh dan dijadikan istri.
Barulah diketahui, bahwa Harwati gila untuk mendapatkan ngelmu yang bersih. Membersihkan ilmu hitam yang merasukinya dan memperbaiki kesalahannya.
Jadi, Harwati menjalani laku ngedan bukannya jadi gila akibat dari mempelajari ilmu.
Pitaloka meneruskan pencariannya dengan mempertajam ilmu batin pada Ki Ca Hya, pemilik ilmu harimau tertinggi. Dengan penguasaan wisik, Pitaloka mampu menghubungi seseorang yang jauh jaraknya tanpa batas. Tentu saja kepada orang yang mempunyai ilmu yang sama pula.
Di dalam serial ini, Dasa Laksana kedua yang berguru pada Ki Putih Kelabu berbeda dengan Dasa Laksana pertama. Meskipun kehadirannya karena perintah Dasa Laksana pertama. Ternyata Gumara telah mengenalnya sebagai kawan bernama 'Yoga Laksana'.
Dasa Laksana dikisahkan lebih tampan dari Gumara. Dasa Laksana memegang amanat dari gurunya mengawal Pitaloka pulang selamat ke Kumayan dan mengartikannya sebagai isyarat akan dijadikan anak mantu.
Tetapi Pitaloka telah menentukan sikapnya dan diketahui pula oleh sang ayah. Karena keputusannya tersebut, Pitaloka baru ngeh, merasa kehilangan dan mulai berusaha mencari-cari kalung permata hijaunya.
Ki Putih Kelabu akhirnya menyarankan muridnya untuk mengambil langkah lain untuk meninggalkan Pitaloka menjalani laku sendirian sehingga tidak menganggu perjalanannya. Gurunya itu menyarankan untuk membersamai wanita yang lebih membutuhkannya dan berharap lebih padanya.
Gumara sendiri meningkatkan ilmu keenam pemuda buntung yang sempat diperdayai Harwati dan melepaskan mereka dari pengaruh Dasa Laksana pertama. Rupanya ia tetap memantau apa yang terjadi pada diri Pitaloka dimanapun ia berada.
Di perjalanannya, Dasa Laksana kedua mulai membuka hati dan menyadari apa yang dialaminya adalah suratan takdir untuknya.
Ehm! Yang sudah baca serial ini pasti tahu Dasa Laksana kedua mengimbangi cinta pada siapa ^_^
Dia yang berhasil membunuh Dasa Laksana pertama dengan salah satu pedang kembar Surandar sedang kembaran pedangnya digunakan Dasa Laksana kedua ini untuk melawan Nyi Kembar.
Dalam serial ini, cambuk berasap milik Pitaloka dan pedang kembar surandar milik Harwati yang bertarung antara menang-kalah dan hidup atau mati akhirnya diwarisi oleh dua dari enam pemuda buntung yang saat itu dalam bimbingan Gumara. Demi cintanya pada Pitaloka dan rasa kasih pada adiknya, Gumara terlupa akan petuah larangan untuk tidak ikut campur dalam pertarungan tersebut hingga bisa berakibat fatal.
- Pedang Ratu Kelabang
Serial yang belum kutemukan.
- Pendekar Aneh Muka Aneh
- Serial Harimau Putih
***
Memang tertulis dalam kitab tujuh
Keduanya pendekar digdaya menyatu
Menjadikan Kumayan tetap teguh
Tapi
Likuan yang mereka hadapi
Perpisahan untuk saling merenungi
Bahwa ikatan adalah kepastian
Dan
Semoga Bukan gadis bodoh yang disematkan di jari manisnya
tanpa restu orang tua
tanpa restu orang tua
Dengan kiasan untuk melupakan bagian dari masa depannya
hanya karena sedang terluka hatinya
sang kekasih berdekatan dengan yang lainnya...
hanya karena sedang terluka hatinya
sang kekasih berdekatan dengan yang lainnya...
-----
Aih! Jangan harap ada keromantisan antara Gumara dengan Pitaloka dalam novel meski menggunakan bahasa yang kasar sekalipun. Eit dah!?? Kembali ke awal review ini,
Mari kita pegang teguh prinsip :
'Halal dulu baru Romantis!'
Kalau belum halal udah romantis duluan kan kurang greget!?
Kata Ibuku sih yang lain ga pa pa dipegang-pegang, asal yang dipake [= maksudnya yang dijadikan pasangan hidup] dieman-eman!
Hah!?
Whattttt????
Waiting for a while!
Bagaimanapun yang baik untuk yang baik! Yang suci untuk yang suci! yang bersih untuk yang bersih!
Mana mungkin minum susu kalaupun tercampur comberan meski setetes... tentu ogah minum, kan!? kecuali kalo tidak tahu... yeaaakkksss >o<
Semoga ALLAH selalu menjaga kita! Semoga ALLAH selalu membuka mata hati kita agar bisa membedakan mana yang baik lalu menggunakannya, membedakan yang buruk untuk kita hindari....
***
menurut pengamatan saya flim ini sudah cukup bagus tapi cerita tidak berkembang......
BalasHapushanya berputar putar saja... saran bagaimna jika para inyit di berikan perkembangan seperti pertualangan per inyit dalam meningkatkan ilmu yang mereka miliki yang di ceritakan secara terpisah sebanyak 7 episut dan pada episud ke 7lah para inyik berkumpul kembali dengan kekuatan yang berberda dan lebih dasyat dan tidak dapat terkalahkan oleh musuh musuh besar mereka harusnya setiap inyik memiliki senjata andalan / senjata pusaka masing masing .......