Jumat, 04 September 2015

Rengganis : Altitude 3088


Penulis :

Penyunting Bahasa:
Mastris Radyamas

Penata Letak :
Puji Lestari

Desain Sampul :
Andhi Rasydan

Ilustrator :
Naafi Nur Rahma

Cetakan Pertama,
Syawal 1435 H./ Agustus 2014

Penerbit

232 hlm.; 20 cm

ISBN : 978-602-1614-26-6

***

Catatan Dalam Perjalanan

Lagi nedeng2nya konsen nyicil review ini,  penerbitnya 'ngelar swiwi' di Pameran Buku Murah'.

Nyicil?
: Berhubung jadwal inetku minimal 1-2 jam tiap 3 kali seminggu.  Ngetiknya secara online di warnet. Itupun kalau tidak terhalang koneksi atau kadang nggak dapet jatah kursi karena warnetnya penuh. Dengan pertimbangan memberi hak rehat bagi kedua mata yang dititipkan pada hamba ALLAH ini. Sengaja mengatur waktu mata untuk melototin layar komputer dan TV maupun lembaran kertas apalagi merasakan enggak enaknya sensasi berputar sampai kepala ikut berdenyut-denyut dan telinga berdengung.
Membaca  dan memainkan hape dalam  perjalanan atas kesadaran  diri aku hindari.
Jadi diriku punya tahapan tertentu demi menyelesaikan sebuah tulisan lengkap...
Selayaknya yang bisa lebih produktif dariku tak henti untuk selalu bersyukur ^_*
Bagi yang belum mau meluangkan waktunya padahal mampu, setelah membaca tulisan ini.. Semoga segera tergerak untuk berpacu bersamaku *_* 

Tapi bukan berarti aku tidak mau bersayap juga... bukan hanya sebelah tapi berharap akan menjadi sepasang [ Halah! * minjem istilah temen]
***
  • Maaf untuk pihak-pihak yang berhubungan dengan buku ini bahwa aku sangat-sangat kecewa begitu kelar membaca buku ini.
Boleh berprasangka namun tidak bisa mangkir jika harus dibenci [Eh?] tapi aku yakin,kok,, penulis dan penerbit buku ini cukup legawa dengan pendapat orang... Ehm.. Ehm...
Bukan soal penilaian tentang buku ini karena nyadar dan terus mengingat tujuan review pada blog ini kubuat. Nama blog atmijoen sudah mewakili niatanku.
Kecewa ini oleh sebab pemikiranku sendiri... pinginnya mencari buku pendamping untuk fokus pada pembuatan cerita rakyat di lomba itu, lho... Jika buku masih tersegel maka acuan aku untuk mengetahui isi buku ini adalah judul dan sinopsisnya. Nah, aku excited dengan judul dan sinopsis yang tertulis di belakang buku ini... Aku berharap cerita Rengganis mengajariku cara menyemai kata-kata dalam proyek tulisanku tersebut...
Lembar demi lembar coba kubaca sembari dengerin kajian Nuzulul Qur'an, menanti pembagian jaburan usai tadarus bersama. Eh?... aku lupa menamatkan buku ini selama Ramadhan atau sehabis lebaran ya?
Kubolak-balik lagi, apakah ada yang masih terlewat dan tak menemukan yang kucari selain tentang catatan demi catatan tentang perjalanan mendaki puncak Rengganis.
Ternyata Rengganis adalah nama tujuan dalam pendakian tersebut. Sekelumit kisah mengenai asal-muasal dinamakan Rengganis cukup membuat aku semakin penasaran.
Ada untungnya juga, sih.. karena bahan cerita yang akan kubuat juga amat sedikit. Lewat novel ini aku jadi memikirkan cara menjawab rasa penasaranku tersebut lewat kisah yang akan kubuat nantinya...
Akhirnya, aku membuka serial Api Di Bukit Menoreh lagi dan menjadikannya sebagai buku pendamping...
سبهانلله dari tumpukan buku serial itu malah kutemukan struk pembelian buku ini yang sempat menghilang. Wis manut aja kalau syarat lomba review, salah satunya novel ini, adanya struk atau upload foto mejeng sama buku yang di-review sebagai tanda bukti kepemilikan. Dan aku memilih melampirkan struk..
Oh, my الله tidak ada pelajaran yang sia-sia. Sudah sepantasnya aku bersyukur karenanya... @_@

  • Sebenarnya aku tertarik dengan judul 'Takhta Mahameru : Altitude 3676'.
Apalagi ada tag bahwa itu merupakan  pemenang lomba novel Republika. Kirain novel ini dengan judul yang sama dan dicetak ulang. Diliatin sampul dan penerbitnya, kok ternyata beda! Untuk kali kedua aku kecewa. Ini murni karena akunya yang kurang teliti tuh.. angka 3676 dengan 3088 ya jelas beda lhah ya.. *tepok jidat*
Mungkin, pemberian judul yang berbeda namun seragam untuk novel-novelnya mbak Azzura Dayana mempunyai arti khusus.
Jadi pembelajaran buatku soal branding yang disebut-sebut senior dalam manajemen pemasaran. Mulai peduli dengan apa yang ditampilkan dan tujuan akhirnya yang bagiku tidak sekedar kocek di saku *o*

  • Bicara tentang altitude dimana aku memahaminya sebagai ketinggian  atau puncak [top of mind].
    Jadi inget Versi  young readers untuk judul 'Amira and Three Cup Tea'  yang memulai kisah tentang pendakian. Greg Mortenson, penulisnya, mengenal penduduk Korphe wilayah Pakistan tanpa sengaja karena salah menjejaki jalan menuju pulang ke rombongannya dari pendakian yang gagal dari Puncak K2. Rangkaian Pegunungan Karakoram di Himalaya.
    Pingin meng-update juga review buku itu yang masih berupa endapan draft.

    Juga kata-kata seorang artis papan atas, si AgMo, yang menyebut kepuasan mencapai puncak dan ingin puncak-puncak yang lain. Sebagai aktris sukses. Karier nyanyi Agnes Monica juga sangat diperhitungkan. Ditambah iklan yang memilihnya sebagai brand ambassador  makin mengukuhkan pencitraan dirinya.  Konon, beritanya tengah merintis sebagai manajer bagi keponakannya... Sayang, belum terlihat ia akan memasuki jenjang berikutnya dalam ranah kehidupan pribadinya. Yang lebih muda dan bergelar dokter, yang dikenal dengan sapaan 'Cii.. Luk.. Ba.. Maissy sudah memasuki gerbang pernikahan.
    'Rating jadi tuhan dan penonton adalah rajanya' begitu  sebagian ungkapan Joshua menanggapi teman-teman artisnya yang sama-sama merintis sedari usia belia telah mengukir prestasi di bidang selain dunia hiburan.

    Puncak bagiku bukan pencapaian tetapi ujian. Apa aku tidak ingin?
    Iya, manusiawi jika aku ingin tapi sampai saat ini malah berupaya membangun anak tangga agar bisa leluasa naik dan turun lantas merintis jalan kemanapun yang ingin kutuju[*halah] Itulah sebagai gambaran yang tidak ingin kubuat buram hanya karena belum berhasil mencapai puncak. Seperti pepatah bijak yang kudengar di MQ Pagi:
    'Kemanfaatan itu bukan apa yang didapatkan tapi apa yang telah kita lakukan!'
    Sungguh, kata-kata itu menguatkan tekad untuk melakukan sesuatu setidaknya untuk diriku sendiri dan sekaligus menentramkan hatiku yang kadang silau dengan apa yang telah diraih teman-teman sekitar. Toh, apa yang kumiliki lebih dari yang aku pinta dan semuanya tak boleh terlupa untuk selalu kusyukuri ^_^


    Dan altitude 3088 yang di judul, ternyata  bukan puncak Rengganis yang berada di ketinggian  3. 075 meter di Atas permukaan laut. Puncak tertingginya di 3.088 di Atas permukaan laut yang sebenarnya bernama Argapura.
     Pegunungan Yang Timur, di Baderan

    Pengulas sebelumnya kukira setuju kalau novel ini ditulis layaknya nota perjalanan. Penulis mengawali kisahnya di Terminal Bungurasih, Surabaya. Dimana kedelapan pendaki bersepakat menjadi satu tim pendakian.
    Fathur, Dewo, Dimas, dan Nisa adalah empat sekawan ditambah Rafli, Ajeng, Acil, dan Sonia.
    Mereka mengambil rute awal dari Baderan.
    Konflik  baru terkembang di pertengahan dengan kejutan seorang Sonia yang ternyata indigo mendadak ingin berbalik arah kembali ke basecamp menyusul Acil. Rafli yang sedari mula memberi perhatian lebih padanya ikut memanasi suasana. Sementara Dewo selaku  pimpinan tim berupaya bersikap kooperatif dengan meminta kejelasan mengenai alasan penolakan Sonia mengikuti summit attack  ke Arca, puncak terakhir dalam pendakian tersebut. Dan Sonia tidak sanggup memberikannya  alasan.
    Deskripsi mengenai sinopsis di cover belakang terurai pada  bagian selanjutnya.
    • Jadi tahu seluk beluk pendakian lewat novel ini.
    Bahwa Tim pendakian itu musti  ijin dulu ke Resort KSDA [Konservasi Sumber Daya Alam]. Setiap personel punya perlengkapan hiking yang memadai seperti  jaket parka yang fungsinya mampu mengatasi suhu ekstrim dilengkapi jaket polar. Sleeping bag, tramontina yang ternyata alat masak. Terus sepatu gunung plus gaiter... yang ditulis di novel geiter [kambing gunung] dari hasil gugling diketahui fungsinya sebagai pelindung kaki dari gangguan pacet.
    • Kisah dalam novel ini menyindirku sebagai 'Cah Nggunung' yang sekalipun belum pernah muncak.
    Kalau masalah jalan kaki sih nggak kalah sama olahragawati ^_^ tapi kuakui belum pernah mendaki meski pingin banget... Merbabu dan Merapi merupakan bagian dari pemandangan kota kecilku. Malu juga dengan siasat jalan mundur atau posisi merangkak untuk mengatasi kelelahan ketika jalan menanjak. Itulah.. muncak seperti kisah dalam novel ini yang kuharapkan. Jadi enggak asal muncak.

    ***

    1 komentar:

    1. Makasih yaa reviewnya :)
      Baca juga unek2 saya di review Rengganis di sini: http://azzura-dayana.blogspot.co.id/2016/01/menjawab-rengganis.html

      BalasHapus