Jumat, 30 Oktober 2015

Buku Ini Tidak Dijual

image YouandWe
Penulis :
Henny Alifah

Penyunting Bahasa dan Penyelaras Akhir :
Mastris Radyamas

Penata Letak :
Bagus Muhamad Ma'ruf

Desain Sampul :
Naafi Nur Rohma
Andhi Rasydan

Cetakan Pertama, Jumadil Awal 1436 H./ Maret 2015


192 hlm.; 20cm

ISBN : 978-602-1614-48-8

***

Buku Penyimpan Ilmu dan Memori

Enggak akan menilai sebuah buku karena isinya sudah bernilai [eh?] maksudnya sudah ada senior yang mengulas penilaiannya tentang buku ini. Tapi, bolehlah kalau berbagi kisah bagaimana aku bisa mendapatkan buku ini meski tidak sampai mati-matian sebagaimana Gading dan Kingkin mencari buku-buku itu kembali. Buku yang tidak dijual 0_o

  • Jangan menyepelekan sebuah titik!
Walaupun hanya sebuah noktah, bukankah goresan bermakna itu berawal dari sebuah titik?!?
Apalagi lambang berupa tujuh panah [eh] atau cahaya yang memancar ke segenap arah... Jika ingin tau arti simbol gambar yang akhir-akhir ini muncul dalam terbitan buku menyertai tulisan  Indiva dan terletak di atasnya, tanya saja pada yang punya lambang!
Mirip sanepa mencari jarum di tumpukan jerami,  lambang itu menandai keberadaannya.
Lantas bagaimana kalau tulisan juga lambang itupun tidak ada?
Segitunya diriku menggambarkan betapa bingungnya mencari stan Indiva pada sekian banyaknya stan yang mengisi Pameran Buku Murah Sala di Assalam Hypermart eks GORO  [ups!] sekarang aku lebih sreg menggunakan ejaan 'SALA' untuk kota Surakarta bukan 'SOLO' yang awam digunakan. Mengingat sejarah berdirinya kraton Surakarta tersebut di desa 'SALA'  dan sesuai ejaan yang menjadi logat lidah Jawa saat mengucap huruf  'A' dengan  bukaan mulut yang tidak penuh. Memajukan bibir diantara artikulasi 'A' dan 'O'

Nah! Sudah dua kali aku mengelilingi tiap stan dan gagal menemukannya. Bukan masalah sebenernya karena jadi punya alasan menuju ke ruang sekretariat panitia penyelenggara, CV. Netral Organizer New. Selain bertanya juga berkesempatan bertemu sahabat yang sedang bertugas disana.

Kembali menelusuri stan yang dimaksud di sebelah timur, padahal aku sempat tertahan disana tadi, di sebelah barat, ditambah ada serombongan ibu-ibu yang menggumamkan stan yang kucari lalu kuperhatikan nama plangnya untuk memastikan. Beda banget nama stannya? Bukan! Aku perhatikan buku-bukunya juga bukan!
Kali ini dengan lokasi sama dengan pengertian tertentu, diberitau mbaknya yang di sekretariat bahwa stannya di tengah-tengah, dua muka. Tadi aku juga sudah kesana... aku perhatikan lagi plang-plang yang tertera sampai aku nggak 'ngeh' berpapasan dengan salah seorang sahabat siar ditemani putranya ^_^   Antara kaget campur malu dan diburu waktu kami bertemu pas beliau ada di depan mukaku... salting aku 0_o
Saking surprise  jumpa Nabil yang makin gede dan ramah pula... harusnya penuh kelembutan malah aku narik paksa untuk nyium ubun-ubunnya... jelas bukan mau mbales saat pertemuan pertama dengannya yang cuek di acara milad-nya MH, dulu 0_o

Lebih kesel lagi sudah capek-capek, begitu ketemu dan mencari buku incaranku tertulis :
"BUKU INI TIDAK DIJUAL!"
Keterlaluan banget yang ngasih judul, nih 0_o

  • Sekilas liat cover belakang, berasa buku ini  milik artis.
Sekilas ngliatin foto seorang artis yang berlakon menggunakan hijab. Apa 'Henni Alifah' adalah nama pena 'Nikita Willy' ? ^_^
Hanya doa pada artis dimaksud sekalian kita semua dengan penampilan muslimah demikian, Semoga bisa istiqomah...

Dengan kebersahajaan berkisah mengantarkan menjadi pemenang LMNI [Lomba Menulis Novel Inspiratif Indiva] 2014.
Ha.. Hai.. aku juga ikutan LMNI tapi daku yang bikin konsep super rumit lagi-lagi cuman lolos administrasi 0_o
Memang saking rumitnya, 70 halaman yang jauh dari syarat jumlah halaman yang ditentukan masih berupa konsep. Sama sekali belum jadi hidangan yang bisa dinikmati [A I H ! ] mau seenak apapun sajian akan terasa nikmat di kala lapar [Eh?] ngomongin makanan?
Biar enggak lupa momen saat nyicil bikin draft review ini sedang berusaha melaksanakan puasa Arofah di tahun 1436 Hijriyah.

  • Bercerita tentang tumpukan buku yang dituduh mempersempit ruangan.
Gading dan Kakeknya tidak sengaja bersekongkol memuluskan penjualan buku-buku usang milik Ayah Gading yang menyesaki rumah.
Ketegaran Padi,  Ayah Gading bersikeras mempertahankan keberadaan buku-buku itu membawa Gading dan Kingkin, sepupu Gading ke dalam perburuan yang hampir merenggut keselamatan mereka.
Semua baru menyadari, ternyata ada sesuatu yang membuat buku-buku tersebut musti dipertahankan.
Memang buku-buku menyesaki ruangan sebagaimana luasnya ilmu dalam pengetahuan kita yang sempit.
  • Mungkin salah sebut pada halaman 184
Ada nama Ibu Kingkin  yang disebut oleh Ayah Gading dalam sebuah dialog. Yang mengajarkan Ayah Gading untuk selalu menulis cerita di balik pembelian buku-buku mereka.

  • Penasaran dengan kebersamaan Ayah dan Ibu Gading dengan buku-buku.
Jika Ayah Gading mengoleksi buku-bukunya sejak SD, justru mengapa disebut bahwa ajakan mempertahankan kepemilikan buku dengan suatu catatan diajarkan oleh Ibu Gading?
Apakah Ayah dan Ibu Gading telah bersahabat sedari kecil, ya?
Dalam cerita tersebut Ayah Gading masih menyimpan buku SD-nya.

Senangnya punya kebiasaan yang sama dengan Ayahnya Gading lewat novel ini. 
Senangnya melihat kembali hasil coretanku ketika masih disleksia...
Bedanya, kalau di novel ini Ayah Gading berseteru dengan Kakek Gading guna mempertahankannya maka aku niruin kebiasaan ayahku. Bertumpuk kertas kopian juga tabloid maupun majalah masih ada dan aku harus meluangkan waktu buat menyeleksi kalau tidak mau seluruh ruangan rumahku jadi 'sarang burung' dari bahasa jawa 'Susuh'  istilah kasar agar aku mau memperhatikan keberadaan mereka. 'Tumpang suh' mungkin istilah yang lebih tepat? [jiah] perlu belajar Bahasa Jawa lagi, nih...  Sebelum Wong Jawa ilang Jawane..
Kalau dulu aku sering menilap kertas-kertas usang milik ayah untuk kubersihkan. Sepeninggal Ayah, robekan kertas pun malah kucari-cari karena tulisan yang dimuatnya kuperlukan >_<
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar