Jumat, 11 Desember 2015

Panji Semirang

image YouandWe
Judul Buku :
Panji Semirang Sang Penyair & Petualang

Diceritakan Kembali Oleh :
Arni Windana

Editor :
Nisrina Lubis

Tata Sampul &Ilustrator :
Timur Pagi

Tata Isi :
Kang Moen

Pracetak :
Wardi

Cetakan Pertama, Juli 2010

Penerbit :
BENING
+Penerbit DIVA Press
***

Buku yang nyaris dilupakan

Begitu ada tag iklan yang menyampaikan bakal tayangan 'Saur Sepuh' di salah satu TV swasta Nasional, jadi pengin cepet-cepet menyelesaikan draft review ini [28 Shafar 1437 H]

Inilah salah satu buku yang juga kupakai untuk mendampingiku membuat cerita rakyat 2015 yang diadakan Kemendikbud,
Saking seriusnya aku menyempatkan ke kantor kecamatan guna mencari tau berkas berisi asal-usul Ampel. Sempat terjadi salah tafsir mengira aku mencari data statistik kecamatan Ampel.
Dalam pencarian itu jadi tau bahwa setiap desa diserahi tugas membuat transkip naskah cikal bakal desa tersebut.
Akupun menelusuri dari kampungku sendiri. Belum kesampaian karena jalur yang harus kulalui lumayan berbelit dan bikin urusanku tambah runyam sementara deadline segera menjelang, aku dapat cerita tentang desa Kaligentong lewat hasil pencarian google. Itupun diberitau tetangga yang juga masih kerabat.
Merasa masih belum cukup materi yang kuperlukan, akhirnya aku menuju ke balai desa dimana kisah yang kumaksud itu berada, desa Gladagsari.
Ternyata pak Bayan  atau  Sie Kaur Kesra yang menanganinya belum membuat transkip apalagi menyerahkannya ke kecamatan. Dari beliau akau jadi tau kisah-kisah lain yang mungkin berkaitan.
Huh! sempet berandai-andai bila ayahku tidak melepaskan kedudukannya sebagai sekretaris desa pasti aku bisa dengan mudah mendapat arsip penting tentang desa tapi realistis sekarang!
Syukurlah pada kenyataannya aku malah mendapat lebih dari sekedar arsip tapi investaris berharga lainnya...

--->
Mencari  lembar jawaban yang menjadi saksi  bisu saat aku masih disleksia tak ketemu. Dari hasil ngorak-arik tersebut malah nemuin serial yang sebenarnya lama kucari-cari. Hanya satu serial ini dalam keadaan nyaris masih utuh.
Hugft!
Lembaran itu terpampang dan aku tidak berniat menyingkirkannya karena dari lembaran itu menjadi prasasti penting dimana aku telah berubah dari yang tidak tau menjadi tau... Dan proses itu begitu penting bagiku... Namun lembaran itu menghilang begitu almari penyimpannya makin rusak dan tidak layak untuk dipertahankan lagi. Betapa lembaran itu bisa bertahan meski tahun-tahun berganti. Mungkinkah lembaran itu hadir kembali setelah yakin telah kukemasi lalu kuperabukan hingga tak berarti lagi  >_<

Karena disleksia, aku yang masih kecil sudah lihai membaca tulisan dari baliho yang dibalik 0_o [Apa iya?] Kan baliho itu transparan sehingga tulisannya nembus di sebaliknya.
Entah, sampai sekarang tak habis pikir disaat teman-teman memperhatikan jawaban yang benar dari soal yang dbacain Bu Guru malah aku memperhatikan hal lain. Nada yang lain dari pilihan jawaban yang dibacain Bu Guru...
Pilihan jawaban yang dibaca dengan nada yang lain yang kupilih sebagai jawaban untuk soal-soal yang ditanyakan. Pantes saja aku tidak pernah mendapat nilai bagus di kelas 1 dan 2 SD.
Aku juga enggak tau apa aku berpikir lain seandainya diberi kesempatan untuk membaca soal demi soal secara mandiri. Dalam artian baca sendiri.
Wali kelas menaikkan aku ke jenjang kelas berikutnya karena segan pada ayahku yang juga seorang guru. Menurut penuturan Ayahku begitu, tapi aku mulai berusaha untuk berpikir serius dan mau benar-benar belajar setelah merasakan betapa malu mendapat nilai nol di pelajaran matematika sementara teman-teman yang lain mendapat nilai bagus. Diatas angka enam. Sejak itu aku berpikir bahwa yang kuperhatikan salah. Gemes aku jika mengingatnya >_<
Di kelas tiga kepandaianku mulai terasah meski bukan mencapai nilai tertinggi tapi sudah diatas nilai rata-rata.
Masa lalu yang jadi hikmah pembelajaran penting bagiku @_@
***

image YouandWe
Cerita & Lukisan : R.A.Kosasih

Dalam Ejaan Baru [EYD]

Diterbitkan oleh "Yayasan Karya Bhakti" Bandung.

Terdaftar :
No. Pol. 168-I/NC/BINT/V/1978
Tanggal :18 Mei 1978
SIE BINTIBMAS KOMDAK VIII/LLB

Tertera pada image bahwa serial tersebut adalah jilid keempat. Jilid pertama dan kesekian entah kemana rimbanya.
Penerbitan tahun 1978 mungkin belum mengenal nomer ISBN. Yang kutemukan adalah No pol dan seterusnya itu. Pencantuman EYD sepertinya menjadi jaminan orisinalitas karya pada masa itu.

R A Kosasih, setelah gugling ternyata seorang komikus terkenal di Indonesia.
Seingatku malah penulis cerita serial kolosal yang dulu pernah berjaya seperti drama radio 'Saur Sepuh' dan 'Babad Tanah Leluhur'.
Kemiripan nama kah?!
Ternyata setelah searching yang menulis serial legenda di radio itu adalah Niki Kosasih, tidak ada data lengkap dengan nama ini... Sayang sekali! PAdahal sebagai scriptwriter karyanya begitu fenomenal.. saat belum ada hiburan yang bermacam pada jaman itu [tahun 1980-an] membangkitkan imajinasi tingkat tinggi yang terhempas begitu tampil di layar kaca [= kata mereka yang begitu familiar dengan serial ini] Diputar di berbagai radio di seluruh pelosok tanah air.
Untuk sementara tulisan tentang Saur Sepuh kucukupkan dan mungkin aku rinci kembali sambil menanti serialnya  versi teranyar benar-benar tayang di layar kaca.  Lagipula sudah banyak link yang memuat artikelnya yang lebih lengkap yang bisa ditelusuri. 

Imaji yang sama tingginya saat aku membuka lembaran buku karangan pak Arni Windana. Karena  sewaktu kecil sudah melahap ilustrasi garapan komikus yang belakangan baru 'ngeh' sekaliber  R.A. Kosasih, tentu saja jadi mengerut keningku. Apalagi aku pernah mengangankan  penampakan tokoh-tokoh cerita rakyat Indonesia itu seindah gambar tiga dimensi layaknya Barbie dan atau tokoh virtual Walt Disney lain yang fantastis @_@ 
Andai Aryanto Yuniawan, animator seorang independen kayaknya yang karyanya mendapat penghargaan Internasional  dengan debut 'Battle of Surabaya' tertarik untuk membuat virtual Panji Semirang ini. Atau animator independen Indonesia lain  atau animator yang di bawah naungan perusahaan besar semisal Miramax, Dreamworks, sampai Cartoon Networks, dan atau Buena Vista ..
Tunggu sajalah! 

Syukurlah berkesempatan menyimpan kenangan karyanya R.A.Kosasih ini. Karya yang bisa kubilang sebagai salah satu master piece cerita rakyat yang dimiliki tanah air kita tercinta, Indonesia.

Dari dua buku ini saja sudah banyak ditemui perbedaan alur, nama tokoh, tempat, dan lainnya. Berbagai versi pasti lebih banyak lagi dari pencetus kisah aktual yang sesuai pada masa cerita ini dikenalkan. Biasanya dipersembahkan oleh Pujangga untuk penguasa yang dihormatinya.

Merunut  naskah ini berdasarkan nama tokoh dan nama tempat, kisah Panji yang awal penyebarannya dalam pementasan drama dan ketoprak mulai ada sekitar abad 14. Masa setelah dinasti Isyana pemilik tahta kerajaan Medang yang moncer pada saat Prabu Airlangga berkuasa.  Daerah kekuasaannnya meliputi Jenggala, Pasuruan, sampai Madiun di bagian barat. Bahkan Bali juga mengakui.
Ketika Airlangga turun tahta, terjadi pembelahan kerajaan agar bisa bersikap adil terhadap kedua putranya sebab putri mahkota yang lebih berhak memilih bertapa menanggalkan hasrat keduniawian hingga diberi sebutan sebagai Dewi Kili Suci.
Prabu Inu Kertapati atau Panji Asmarabangun yang dikenal sebagai Sri Kameswara adalah cucu Airlangga.  Inu kertapati mewarisi tahta ayahnya, Prabu Jayabaya atau Mapanji Garasakan, yang berada di kerajaan Jenggala dengan ibu kota lama yaitu Kahuripan [=sekarang daerah Sidoarjo].
Sedangkan Putri Kirana yang diperistrinya dalam cerita adalah sepupunya sendiri berarti, putri yang lahir dari permaisuri prabu Sri Samarawijaya. Putri kerajaan  Kediri yang beribukota di Daha.
Entahlah mana yang benar karena saat aku membaca di  'Babad Tanah Jawi' yang kupunya. Dalam  kitab Smaradahana karangan Mpu Dharmaja yang merupakan karya sastra pada jaman kejayaan kerajaan Kediri malah terbalik. Sri Kameswara adalah seorang raja Kadiri yang memiliki seorang permaisuri putri Jenggala bernama Kirana.

Intinya tentang kisah perjalanan Panji Inu Kertapati, putra mahkota kerajaan Kahuripan, menemukan kembali tunangannya, Galuh Candra Kirana, putri keturunan permaisuri kerajaan Daha yang menghilang. Ternyata sang putri menyamar menjadi kesatria  bernama Panji Semirang dengan membangun kerajaan baru, Asmarantaka, sebagai usaha membersihkan nama baik dan memperjuangkan cintanya pada lelaki yang telah menjanjikannya ikrar pernikahan.

Kisah yang diceritakan pak Arni memang diperuntukkan untuk anak jadi ceritanya heppy ending.
Ilustrasi RA.Kosasih memang mengundang imaji tapi jika mengikuti kisahnya dimana Raden Inu Kertapati yang katanya akan setia tetapi di tengah pengembaraannya dengan mencontoh Candra Kirana juga ikut menyamar menjadi pendekar kelana bernama Jayeng Kusuma. Diibaratkan disuapin hidangan lezat di hadapan dan dihalalkan untuknya... yaa... santap saja! Ndak peduli Nglulu apa Nyolu
>_<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar