Selasa, 26 Januari 2016

Ketika Mas Gagah Pergi




Penulis =


Editor =
Tomi Satryatomo

Desain Sampul =
Wasi Kendedes

Layout = 
Novi Khansa

Fotografer =
Isa Alamsyah

Model Sampul =
Dyangga Yureztyo

Cetakan Pertama, Juli 2010
Cetakan Kesepuluh, Mei 2015

xiv + 258 hlm.; 14cm x  20,5cm

ISBN = 978-602-96725-3-4

***
  • Tujuan Kita Bukan Membikin Sejarah

Afwan Ziddan...
Berharap permohonan Maaf  terutama pada pihak yang terkait tentang apa yang kusampaikan...

Lihat sampul depannya pertama kali, 'Kenapa persis penampakan photo profilku untuk google?
Sebelum upload photo profil, jelas diriku belum liat cover buku ini, lho! Mungkin pernah tapi 'ora nggagas *Halah...
Enggak mau dibilang nyuri ide, nih o_0
Meskipun sama-sama berbentuk bayangan muka dari samping tapi photo profilku asli bidikan kamera ke bayangan dari mukaku. Bukan sketsa siluet. Sedangkan cover buku KMGP [ = singkatan untuk judul 'Ketika Mas Gagah Pergi'] seperti sebuah lukisan dengan penambahan efek.

***
  • Asli! Yang aku lihat seperti  sosok Mamah Dedeh begitu mendapati fotonya bunda Helvy Tiana Rosa di sosial media.
Mamah Dedeh yang berpembawaan tegas, begitu berapi-api saat menyampaikan sesuatu dalam acara yang dipandu bung Abdel di salah satu stasiun TV swasta yang dulu jadi favoritku. Sekarang channel favorit yang kupilih bukan stasiun TV-nya tapi ragam tayangan yang diputar.
Maklum, justru aku lebih dulu mengenal Bunda Asma Nadia lewat lomba nulis yang kuikuti di salah satu penerbit indie... dulu! Awal-awal mengenalkan tulisanku ke khalayak. Ternyata masih saudara yang sama-sama jadi lokomotif kepenulisan dengan keberadaan +Forum Lingkar Pena 
  • Ternyata karya sastra itu masih permisif dengan sebutan merk untuk menggantikan nama produk. [halaman 219 dst.. dalam subbab 'Jilbab Pendekar']
Produk yang disebut adalah merk kendaraan ternama. Biasanya untuk sebutan motor tapi dalam cerita ini nama merk itu untuk mobil angkutan dimana Neneng menghadapi perampokan dan berhasil menggagalkannya. Ada 13 cerpen dimana kisah Mas Gagah hanya sampai di halaman 64. Dan Kisah ini adalah salah satunya sedang aku belum menemukan hubungannya dengan kisah Mas Gagah selain benang merah dengan kepedulian yang terinspirasi oleh kehadiran Mas Gagah.
*Neneng yang jadi pendekar memaksaku untuk mengingat pemeran Pitaloka di salah satu serial TV yang dikabarkan akan segera berakhir
0_o
Tetapi, kenapa aku malah  punya wewaler untuk tulisanku terutama yang dipublikasikan? Salah  satunya pantang menyebut merk untuk mengganti nama sebuah produk. Ada rasa enggak rela juga dengan pemilihan suatu produk paten tersebut. Seolah enggak ada produk dari label lain. Apalagi merk dagang milik asing lagi.. alih-alih belajar mencintai produk dalam negeri yang ternyata negeri kita enggak mampu memproduksi. Atau bisa menghasilkan produk tapi belum punya hak paten.. Eh? Malah yang punya nama paten pihak asing   *Hiks* untuk kesekian kalinya curhat lagi masalah hak paten ini >_<
Wewaler lain adalah menggunakan simbol meleletkan lidah dengan rangkaian titik dua dan huruf 'P' itu.. Sebagai gantinya kugunakan '0_o' yang kumaknai tampang Oon atau wajah innocent.
Kalau memilih keimanan, mana mau digolongkan dalam kaum yang mengejek ayat ALLAH sebagaimana anjing yang selalu meleletkan lidahnya.
  •  Harusnya ditambahi 'Cari Yang Lain!'
Sempat bengong juga saat mengikuti pengajian ibuk-ibuk ba'dha Maghrib. Seperti biasa, diriku menyertakan bacaan yang kubawa jika kajian. Mataku harus fokus pada satu hal kalau ingin tenang mendengar kajian. Meski kadang jelalatan juga kalau ada pemandangan yang menarik 0_o dan buku bisa mengambil peran penting itu.
Seorang Ibu senior yang punya pengaruh di sampingku memperhatikan bacaanku sampai ibuku 'njawil' karena keasyikanku dengan bacaan tersebut. Lalu aku memperlihatkan cover depan yang memuat judul dengan tulisan besar-besar ini pada Ibu senior itu.
Aku tak bisa berkata-kata dengan ungkapan beliau. Kan ini buku bagus? Yang kuperhatikan esensi dari cerita kepergian Mas Gagah [Hamas Syahid Izzudin] dan pesan-pesan dalam ceritanya!
Eh?
Memang ada yang seperti sosok Mas Gagah itu?
Sekian waktu direnungi jadi nyadar kalau Mas Gagah cuman tokoh rekaan. Sama seperti tokoh rekaan lain yang terasa hidup. Justru spirit yang dihadirkan diharapkan membuatku sadar  jika ingin mendapatkan sosok seperti Mas Gagah, setidaknya bisa meniru sosok Nadia Hayuningtyas yang dijadikan tanya pada sinopsis yang dimuat di cover belakang.
Dalam arti kata lain 'memantaskan diri'
Dan jangan  berpuas hati  juga karena Mas Gagah tetap pergi... ALLAH lebih Sayang padanya  >_< jiahhh !!?
WAke Up Your mind, Ukhty... Cari yang lain!  [*_*]
Itulah komentar sementara dari seorang jomblowati 0_o
Kalau dilanjutin lagi maka akan bertambah panjang  review ini jika aku menambah pengertian 'kepergian Mas Gagah' untuk  mensyukuri apa yang ada daripada mencari yang tidak ada...
Jadi 'Cari yang ada!' saja!
***
-->
Sebenernya pingin publikasi review ini setelah nonton filmnya tapi...
ganjalan di hati rasa-rasanya harus dikeluarin secepetnya.
Berawal dari pencarianku  di youtube. Lagi suka dengan senandungnya Suby-Ina yang berjudul "Kau adalah Dirimu' namun yang kudapati justru official video senandung 'Rahasia-MU' yang menjadi OST 'Tausiyah Cinta.
Aku lebih memilih video  official atau setidaknya dari akun resmi yang memiliki ijin edar.
Ditambah lagi saat kepo di akun para penyiar lagi heboh nyetatus tentang film Tausiyah Cinta ini. Senandungnya pun sudah diputar di radio fave-ku.
Pertanyaan menggelitik kenapa tidak ada yang ngomongin KMGP yang jelas-jelas reputasinya lebih meluas?
Lalu aku excited saat stalker di blognya senior tentang pemutaran perdana KMGP serentak di Indonesia... What???
Bukankah gala premiernya lebih dulu dibanding film Tausiyah Cinta?
[Ups!] Ternyata aku salah! Pre- sale bukan Premier. Jadi, ada booking voucher nobar bareng pemain KMGP oleh komunitas Sahabat Mas Gagah lewat website resmi di kmgpthemovie.com.
Lebih penasaran lagi kenapa aku belum pernah dengar sekalipun OST KMGP di radio fave-ku tersebut.
Akhirnya aku nanya dengan ngirim inbox Tim produksinya dan prasangkaku terpatahkan dengan pemberitauan beliau bahwa sampai kutulis review ini belum terdengar lagunya di radio karena belum mendapat ijin langsung dari pihak label yang memproduseri OST tersebut. Bisa saja langsung ngambil dari youtube tapi pihak radio menunggu mendapat ijin langsung.
Memang seharusnya begitu dan itulah alasan untuk  tetap menjadi radio favoritku.

Terpengaruh diriku dan beranggapan sama dengan ungkapan penyiar di Freshline bersama Dody Hidayatullah yang sedang roadshow nobar film Tausiyah Cinta yang seolah malah menjadi versus KMGP.
Sungguh keduanya bukan bandingan. Materi  keduanya sudah timpang kalau mau dibandingkan karena KMGP novel bestseller selama 20 tahun. Dari seorang promotor penulis pula.

Aku sebagai penikmat hiburan merasa tidak nyaman dengan situasi ini.
Mendengar lagu 'Rabbana' yang dinyanyikan Indah Nevertari serasa disuguhi orkestra megah. Maklum berkat tangan dingin bung Dwiki Dharmawan bersama pemusik andal. Bahkan pengisian sound-nya direkam di negeri Perancis sana oleh para musisi asal Praha.
Wow!
Ciptaan Rizky, salah satu personel Awan [grup munsyid yang pernah jadi  kontestan X Factor]
Grup munsyid Awan itu di bawah naungan ANN Jateng.
Sayang! Kalau aku boleh jujur liriknya membuatku mengernyit.
Terlalu melow jika digolongkan dalam pop religi.
Jika sebagai Gita [Aquino Umar], adiknya Mas Gagah yang harus mengalami metamorfose dari yang mengenal mas Gagah yang supel dan fashionable lalu terkejut dan bertanya -tanya sampai protes dengan sikap abangnya yang mendadak jadi alim dan kalem usai  tak bersua sekian lama. Jadi kerasa emosi itu tapi  bila aku memilih posisi sebagai Sahabat Mas Gagah baik dalam cerita maupun pendukung KMGP sebagai media dakwah, maka aku lebih trenyuh mendengar senandung 'Sobat Kau Hebat' dari Fatih atau 'Hard to Say' milik JV [=  Justice Voice]. Jadul memang! Namun Senandung dari kedua munsyid asal Jogja itu terasa lebih pas untuk memenuhi kisi-kisi dalam menghayati cerita KMGP. Aku hampir melupakan senandung tersebut seandainya tidak diputar akhir-akhir ini di radio yang punya tag line 'Dynamic Muslim Station'.

Spirit dinamis itu semoga ikut melekat padaku  yang sedari kecil menyukai tontonan TV. Sukses KCB pun juga kunikmati setelah ditayangkan di TV. Itupun tidak utuh karena bentrok dengan jadwal sholat Magrib sekaligus Sholat Isya' bila ingin memilih di awal waktu >_<
Dinamika tayangan favorit yang hadir dan berakhir silih berganti turut mengajarkanku untuk lebih cepat move on menjalani hari-hari yang berganti. Kurasakan sensasinya di kehidupanku lebih dahsyat dibanding fenomena kepopuleran suatu tayangan bersama pelakonnya.

Fenomena fans versus haters yang mewarnai suatu tontonan yang menarik massa. Yang bisa aku istilahkan dalam bahasa Jawa 'obor blarak'
Sungguh, bukan keinginan KMGP menjadi fenomenal karena digemari, kan?
Bahkan kemarin di salah satu reality show pentas musik, baru saja menobatkan pasangan ter- cetar[ehm!] biar enggak menyebut nama tayangannya kupilih kata 'cetar'. Ironisnya bukan pasangan halal. Bukan pasangan yang syah secara agama maupun hukum negara. Tidak ada jaminan pula mereka kelak bakalan menjadi suami-istri. Bahkan mengalahkan pasangan yang sudah halal[?]
Naudzubillah... dan itu kenyataan Saudaraku Semua!??

Semoga kehadiran KMGP tidak sedangkal itu.
Semoga kesampaian menjadikan tren Islami bukan sekedar sensasi...

Meski sempat menjalani ritual yang lazim dilakukan untuk sebuah grand launching suatu tayangan.

Lantas! Aku jadi pendukung alias pro KMGP atau Tausiyah Cinta?

Seperti jawabanku dalam kuisioner +Ann Jateng di Facebook dulu bahwa masing-masing munsyid ANN Jateng  begitupun tayangan Islami punya warna sendiri dan aku suka yang berwarna.

Semoga tidak ada pihak yang merasa berhak untuk membuatnya memudar atau menjadikannya kelam...
Biarlah ALLAH saja yang mencipta mendung atau cerah di langitnya dengan segala kebaikan bagi seluruh makhluk-NYA


***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar